Bisnis  

Pertamina Rugi Rp11 Triliun Ahok Dikritik

EDITOR.ID, Jakarta,- Meski menguasai 80 persen konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM) di tanah air tak menjamin PT Pertamina (Persero) meraih untung. Terbukti pada semester I-2020, dibawah kendali Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok, BUMN migas ini malah tekor alias rugi Rp11 triliun.

Sontak kinerja Pertamina yang merugi disoroti kalangan netizen. Pasalnya, dalam sebuah kesempatan Ahok pernah menyatakan, Pertamina merem (tidur,red) saja dapat untung.

Berdasarkan laporan keuangan yang dipublikasikan melalui situsnya, produsen minyak nasional terbesar milik pemerintah ini mengalami kerugian sebesar US$ 767,92 juta atau setara Rp 11,33 triliun (asumsi kurs Rp 14.766/ US$).

Dalam sebuah wawancara bersama Andy Noya di acara Live Instagram KickAndy Show, Sabtu petang, 27 Juni 2020 silam, Ahok pernah menyatakan meski merem (tidur,red) Pertamina juga untung.

“Kalau enggak diawasi dengan baik, direksi enggak punya KPI (key performance indicator). Sedangkan KPI administratif semua. Ya ada kewajiban, (meski) merem juga untung,” tutur Ahok.

Saat ditunjuk sebagai Komisaris Pertamina, Ahok pernah menyatakan ia ingin membantu sahabatnya, Presiden Joko Widodo alias Jokowi, mengawasi kinerja perseroan.

Ahok menyebutkan pendapatan Pertamina yang mencapai Rp 800 triliun atau hampir sepertiga anggaran pendapatan dan belanja negara atau APBN harus selalu diawasi.

Selain mengawasi kinerja keuangan perusahaan, Ahok ingin memastikan bahwa Pertamina memiliki daya saing di lingkup perusahaan internasional. Dia membandingkan saat ini kinerja perusahaan minyak asal Malaysia, Petroliam Nasional Berhad (Petronas), jauh di atas Pertamina.

Dalam pemeringkatan perusahaan global sepanjang 2019, kata Ahok, Petronas berada di rangking 150-an dalam Global Fortune 500. Sedangkan Pertamina bercokol di peringkat 175.

Untuk meningkatkan kinerja sekaligus membenahi Pertamina, Ahok pun bercerita telah membentuk tim transformer. Tim ini berperan mengoptimalkan potensi pegawai-pegawai muda di perusahaan. “Kami bentuk tim transformer. Saya meyakinkan anak-anak muda lulusan terbaik untuk gabung di tim transformer di dewan komisaris,” tuturnya.

Namun faktanya Pertamina justru tekor. Kerugian ini bertolak belakang dibanding penghasilan yang diraup Pertamina periode yang sama tahun lalu di mana Pertamina tercatat membukukan laba bersih US$ 659,96 juta atau setara Rp 9,7 triliun.

Kerugian yang dialami Pertamina ini membuat Komisaris Utama Pertamina Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok jadi pembicaraan yang ramai di Twitter.

Bahkan, keyword ‘Ahok’ trending di jagat dunia maya bersanding dengan narasi dan tautan berita soal kerugian Pertamina yang mencapai Rp 11 triliun..

Ada yang menyindir Ahok soal kerugian tersebut. Salah satunya akun @Prof_Blusukan. “Waktu Ahok masuk Pertamina dia bilang gini : “Saya digaji untuk menyelamatkan uang Pertamina” Setelah Ahok masuk, Pertamina justru ‘KEHILANGAN UANGNYA’ Teman Ahok Indonesia (TAI) mana suaranya?” cuit akun tersebut sebagaimana dilansir dari detikcom, Senin (24/8/2020),

Lalu ada juga Agung nusanjaya dengan akun @AcgungN. Ia mengatakan, Ahok hanya biasa-biasa saja. “Terbukti Ahok bkan siapa2 ( biasa2 aja ),” katanya.

Ada juga akun @dikimerahputih mencuit: “sebaiknya gaji orang Pertamina dikaji biar pertamina ga boros, pertamina boros krn gaji pegawainya gede2”

Selain itu ada juga aLy_Benzema dengan akun @BintangTimur27. Ia mempertanyakan kenapa Pertamina rugi.

“Padahal Rakyat Sudah Di Peras Kenapa Masih Rugi Koh @basuki_btp, Katanya Dengan Adanya Ente Di Pertamina Semua Mafia Bakal Di Babat Abis?” cuitnya.

Namun, ada juga yang membela Ahok. Salah seorang netizen mengatakan, jika tidak ada Ahok rugi Pertamina semakin besar. “Untung ada Ahok. Kalau tidak ada beliau, mungkin kerugian Pertamina bakal melonjak jadi 44 T,” cuti akun @TofaTofa_id.

Pada awal tahun ini atau semester I-2020 total penjualan Pertamina anjlok 19,84% menjadi US$ 20,48 miliar dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang tercatat US$ 25,55 miliar.

Nilai penjualan dalam 6 bulan pertama tahun ini setara dengan Rp 302,41 triliun.

Sementara itu, total beban pokok penjualan dan beban langsung turun 14,15% menjadi US$ 18,87 miliar. Tahun lalu, jumlah pos ini tercatat sebesar US$ 21,98 miliar.

Meski jelas merugi jajaran Pertamina masih bisa sesumbar mereka akan meraih untung di akhir tahun. Adalah Fajriyah Usman, VP Corporate Communication Pertamina yang mengatakan optimismenya.

Fajriyah optimis karena ia yakin harga minyak mentah dunia kini mulai naik dan penjualan BBM, baik industri maupun retail menunjukkan adanya peningkatan.

“Pertamina optimis sampai akhir tahun akan ada pergerakan positif sehingga ditargetkan laba juga akan positif,” tuturnya sebagaimana dilansir dari CNBC Indonesia pada Senin (24/08/2020).

Selain karena meningkatnya penjualan BBM dan harga minyak mentah dunia, dia mengatakan, adanya sejumlah langkah inisiatif perseroan untuk menghadapi tantangan terutama akibat pandemi Covid-19 di tahun ini akan memicu perbaikan kinerja perusahaan.

Upaya yang dilakukan perseroan antara lain melakukan penghematan biaya operasi sampai 30% atau sekitar US$ 3 miliar pada tahun ini, melakukan kajian ulang terhadap prioritas rencana investasi, renegosiasi kontrak-kontrak yang telah ada, refinancing untuk mendapatkan biaya bunga yang lebih kompetitif, serta meningkatkan tingkat kandungan dalam negeri (TKDN) sehingga biaya dari sisi rupiah juga semakin banyak komposisinya dan bisa menekan biaya secara umum.

Berdasarkan laporan keuangan perseroan (tidak diaudit), jumlah beban pokok penjualan dan beban langsung lainnya pada semester I 2020 tercatat sebesar US$ 18,87 miliar, menurun dari US$ 21,98 miliar pada periode yang sama tahun lalu.

“Yang paling penting adalah bahwa di tengah tantangan 2020, Pertamina tetap konsisten menjaga operasional pelayanan untuk seluruh masyarakat Indonesia dan menjaga ketahanan energi sehingga tetap menggerakkan perekonomian nasional,” tuturnya.

Fajriyah mengatakan, adanya triple shock berupa penurunan penjualan BBM yang signifikan, turunnya harga minyak mentah dunia serta terdepresiasinya rupiah sehingga terjadi kerugian selisih kurs menjadi penyebab utama kerugian perseroan pada semester I 2020 ini.

Adapun penjualan dalam negeri minyak mentah, gas bumi, panas bumi dan produk minyak mengalami penurunan menjadi US$ 16,56 miliar dari US$ 20,94 miliar pada semester I 2019.

Pada 2019 Pertamina mencatatkan laba bersih sebesar US$ 2,53 miliar dengan pendapatan US$ 54,58 miliar. Dalam lima hingga enam tahun mendatang perseroan menargetkan bisa membukukan pendapatan US$ 100 miliar. (tim)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Comment moderation is enabled. Your comment may take some time to appear.

%d bloggers like this: