BPS Sebut Kabupaten Jember Alami Deflasi Terendah di Jawa Timur

EDITOR.ID – Jember, Badan Pusat Statistik menyebutkan Kabupaten Jember pada bulan September 2020 mengalami deflasi sebesar 0,01 persen dengan indeks harga konsumen (IHK) sebesar 104,64 persen dan angka deflasi tersebut merupakan terendah di Jawa Timur.

Dari delapan kota IHK di Jawa Timur, satu kota mengalami inflasi yakni Kota Kediri dengan angka 0,15 persen dan tujuh kota mengalami deflasi, termasuk Jawa Timur alami deflasi 0,15 persen.

“Deflasi terbesar terjadi di Kota Probolinggo sebesar 0,35 persen dan deflasi terendah terjadi di Kabupaten Jember sebesar 0,01 persen,” kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Jember Arif Joko Sutejo dalam jumpa pers secara virtual di Kantor BPS Jember, Kamis (1/10).

Ia mengatakan deflasi terbesar pada September 2020 terjadi di Kota Probolinggo sebesar 0,35 persen, diikuti oleh Kota Surabaya sebesar 0,18 persen, Kabupaten Banyuwangi deflasi sebesar 0,17persen, Kabupaten Sumenep deflasi sebesar 0,12 persen, Kota Malang deflasi sebesar 0,05 persen, Kota Madiun deflasi sebesar 0,02 persen dan deflasi terendah terjadi di Kabupaten Jember sebesar 0,01 persen.

“Bila ditinjau menurut inflasi year-to-date (September 2020 terhadap Desember 2019). Inflasi tertinggi terjadi Kabupaten Jember dan Kota Kediri masing-masing sebesar 1,26 persen, sedangkan inflasi terendah terjadi di Kota Surabaya sebesar 0,64 persen,” ujarnya.

Menurutnya komoditas yang memberikan andil terbesar terjadinya inflasi di Kabupaten Jember di antaranya akademi/perguruan tinggi, bawang putih, minyak goreng, cabai merah, udang basah.

Biaya pendidikan akademi/perguruan tinggi menjadi penyumbang inflasi tertinggi karena pada bulan September 2020, biaya pendidikan akademi/perguruan tinggi terjadi kenaikkan pada setiap tahun ajaran baru, pada bulan sebelumnya sudah terjadi untuk biaya pendidikan SD, SMP dan SMA.

“Sedangkan komoditas yang memberikan andil terbesar terjadinya deflasi adalah telur ayam ras, daging ayam ras, emas perhiasan, beras, anggur, tomat, jeruk, ikan lele, bawang merah, dan wortel,” katanya.

Seiring dengan mulai diberlakukan nya adaptasi kebiasaan baru, lanjut dia, kebutuhan pangan di daerah tercukupi baik dari produksi sendiri maupun dari perdagangan antar wilayah, sehingga stok pangan terpenuhi di pasar meskipun daya beli dinilai masih cukup rendah dikarenakan pandemi COVID-19 ini. (Tim)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Comment moderation is enabled. Your comment may take some time to appear.

%d bloggers like this: