Wajah Islam dan Indonesia Dalam Musik Kolintang

wajah islam dan indonesia dalam musik kolintang

EDITOR.ID, Sebagai dewan juri, penulis berkesempatan menyaksikan dan mencermati penampilan 20 finalis lomba virtual kolintang bersholawat yang diselenggarakan oleh Persatuan Insan Kolintang Inddonesia (Pinkan Indnesia). Saat menyaksikan penampilan para finalis, penulis seperti melihat taman sari Nusantara yang indah dengan aneka warna bunga. Keberagaman ini tidak hanya telihat pada warna-warni kostum yang dikenakan oleh para peserta, tetapi juga latar belakang agama dan suku.

Semakin dalam mencermati penampilan para finalis,yang terbayang dalam benak penulis adalah wajah indonesia. Mereka berasal dari berbagai daerah dengan latar belakang suku, aagama budaya yang berbeda, tetapi bisa kompak dan menyatu dalam alunan sholawat dan iringan musik kolintang. Perbedaan yang ada diantara peserta terajut dengan indah oleh kolintang dan shalawat sehingga menjadi sajian yang indah.

Demikian juga dengan indonesia yang memiliki ragam budaya, tradisi, etinik, agama dan kepercayaan. Tetapi semua terajut dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila. NKRI dan Pancasila telah membuat keberagaman yang ada di Indonesia menjadi indah seperti kolintang dan shalawat yang membuat keberagaman peserta menjadi indah.

Keindahan ini dapat terwujud jika masing-masing pihak dapat memainkan peran secara konsisten dan proporsional. Tidak saling berebut eksistensi sehingga menyerobot peran yang lain, tak ada yang merasa perannya lebih tinggi danlebih rendah dibanding yang lain. Pemain bas yang hanya memukul sesekali tidak dilihat lebih rendah daripada pemain melogi yang terus bermain sepanjang waktu. Penyanyai tidak dilihat paling berperan dibanding musisi yang main di belakang, hanya dia karena tampil paling depan dan menjadi pusat perhatian. Mereka ermain pada nada dasar yang sudah disepakati bersama, tak ada yang ngeyel main dengan nada dasar sendiri.

Demikian juga dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, jika semua aparat dan warga negara dapat menjalankan peran sesuai dengan peran, posisi dan kewenangan masing-masing, tidak saling berebut eksistensi, saling menonjolkan diri, maka negara akan dapat mewujudkan kindahan bagi warganya dalam bentuk kebahagiaan, kesejahteraan dan keadilan. Setiap pejabat, aparat dan rakyat harus bermain pada nada dasar bersama yaitu dasar negara yang sudah menjadi kessepakatan. Jika ada yang keuar dari dari nada dasar, artinya tidak berpijak pada dasar negara yang sudah disepakati maka kehidupan berbangsa akan bubar, seperti bubarnya pertunjukan musik kolintang.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Comment moderation is enabled. Your comment may take some time to appear.

%d bloggers like this: