Usik Umat Klenteng Kwan Sing Bio, Ditjen Buddha Digugat

EDITOR.ID, Jakarta,- Klenteng Kwan Sing Bio di Tuban, Jawa Timur yang sudah ratusan tahun menjadi tempat ibadah umat Konghucu diusik. Ditjen Bimas Agama Budha yang tidak punya kewenangan dan hak memaksa mengganti status kelenteng Kwan Sing Bio menjadi Wihara. Ditjen ini menerbitkan surat tanda daftar Kwan Sing Bio sebagai rumah ibadah Budha.

Farida Sulistyani, kuasa hukum pengurus Klenteng Kwan Sing Bio bersama pengurus Tempat Ibadah Tri Dharma (TITD) mengajukan gugatan ke PTUN terkait kebijakan Ditjen Bimmas Buddha yang Secara Sepihak “Mengambil Alih” Klenteng. (Dok)

Hal ini tidak bisa diterima pengurus Tempat Ibadah Tri Dharma (TITD) selaku pengelola Klenteng Kwan Sing Bio.

Pengurus Klenteng Kwan Sing Bio pun melayangkan gugatan terhadap Ditjen Bimas Agama Budha ke Pengadilan Tata Usaha Negara, Jakarta Timur pada Jumat (11/9/2020).

Gugatan tersebut didasari oleh dikeluarkannya surat tanda daftar rumah ibadah Budha yang mengganti status kelenteng Kwan Sing Bio menjadi Wihara.

Karena dengan dikeluarkannya surat tanda daftar rumah ibadah Buddha terhadap kelenteng Kwan Sing Bio memicu sengketa hingga puncaknya terjadi pengembokan terhadap Klenteng pada tanggal 27 Juli 2020 yang lalu.

Farida Sulistyani, kuasa hukum pengurus Klenteng Kwan Sing Bio menjelaskan bahwa pengembokan seakan-akan dilakukan oleh pihak pengurus Klenteng Kwan Sing Bio.

“Padahal pengembokan itu adalah dari pihak M ya. Di mana pengurus yang secara pengadilan negeri di mana Pak Heri sebagai kuasa nya sudah dinyatakan bahwa mereka itu adalah tidak sah. Sehingga ini klenteng Kwan Sing Bio ini kan sudah 200 tahun ya dan itu adalah kelenteng bukan Vihara, sehingga ketika dikeluarkan surat tanda daftar rumah ibadah Buddha di situlah konfliknya,” kata Farida Sulistyani dalam pernyataan tertulis kepada EDITOR.ID Jumat (11/9/2020)

Klenteng Kwan Sing Bio. Kini Klenteng tersebut digembok. Pengembokan yang terjadi pada 27 Juli lalu saat, setelah melakukan sembahyang klenteng dikunci oleh pihak M dengan rantai.

Farida juga menjelaskan kronologi peristiwa pengembokan yang terjadi pada 27 Juli lalu saat, setelah melakukan sembahyang klenteng dikunci oleh pihak M dengan rantai. Bahkan saat di gembok masih ada beberapa orang yang sedang berada di dalam klenteng tersebut.

“Pengembokannya jam 9 malam dan baru diketahui pada pagi harinya. Yang kami sayangkan adalah dengan pengembokan ini ada orang di dalam, ada 7 orang salah satunya asisten kami. Kemudian kami menjelaskan permasalahan kepada Ditjen Bimas Buddha malah datang bersama pengurus mereka. Nah itu kan kami sangat keberatan,” tambah Farida.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Comment moderation is enabled. Your comment may take some time to appear.

%d bloggers like this: