Terawan Ciptakan Vaksin Nusantara, Kembali Diserang IDI

ilustrasi

EDITOR.ID, Jakarta,- Bangsa kita memang belum mau belajar bagaimana menghargai hasil karya anak bangsa sendiri. Orang Indonesia lebih percaya bahwa jika dibuat orang asing maka inovasi atau karya tersebut lebih terpercaya. Sehingga bangsa kita tak akan pernah maju.

Hal itulah yang dialami sang inovator dunia kesehatan dr Terawan Agus Putranto. Beberapa kali ia melakukan temuan fenomenal dalam dunia kesehatan. Namun beberapa kali inovasi dan temuannya itu justru dicibir dan tak diakui oleh koleganya sendiri dari Ikatan Dokter Indonesia (IDI).

Ketika dalam dunia kedokteran dr Terawan mampu menggegerkan dunia dengan temuan metode mencuci otak untuk menyembuhkan orang yang terkena stroke dan temuan stem cell. Namun temuannya justru dihujat dan tak diakui IDI. Padahal temuannya ini telah mengobati ribuan pasien stroke.

Kali ini temuan baru yang pertama di dunia berhasil dipersembahkan mantan menteri kesehatan dr Terawan yakni Vaksin Nusantara. Sebuah vaksin fenomenal yang mampu meningkatkan kekebalan tubuh manusia dari serangan Covid-19 dengan menguatkan sel darah putih menggunakan teknologi sel dendritik.

Vaksin ini sempat menghebohkan dunia kesehatan karena baru dikembangkan oleh Indonesia melalui tim yang dipimpin dr Terawan.

Namun lagi-lagi Ketua Satuan Tugas COVID-19 Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI), Zubairi Djoerban meragukan klaim Vaksin Nusantara bisa membentuk kekebalan tubuh atau antibodi seumur hidup terhadap virus Covid-19.

Zubairi menyebut klaim efikasi vaksin harus dibuktikan dengan uji klinis, sementara Vaksin Nusantara gagasan mantan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto itu baru melewati fase uji klinis tahap pertama.

?Vaksin nusantara diklaim menciptakan antibodi seumur hidup. Mana buktinya? Data uji klinis fase duanya saja belum ada, apalagi fase tiga. Jadi, jika mau bicara klaim, tentu harus dengan data. Harus dengan evidence based medicine. Jangan membuat publik bingung,? kata Zubairi melalui twitternya @ProfesorZubairi, Jumat (19/2/2021).

Padahal vaksin lain seperti Moderna, Sinovac, atau pun Pfizer yang sudah melalui uji klinis tahap ketiga saja belum bisa memastikan berapa lama antibodinya bertahan.

?Tidak ada itu klaim yang mereka sampaikan bahwa antibodi dari vaksin-vaksin tersebut bisa bertahan enam bulan, satu tahun, apalagi seumur hidup,? ucapnya.

Oleh sebab itu, dia meminta tim peneliti Vaksin Nusantara agar transparan dan tidak mengumbar klaim sehingga masyarakat bisa paham.

?Sekali lagi, saya mendukung upaya eradikasi, seperti vaksin. Tapi perlihatkan kepada publik datanya. Biar tak gaduh. Vaksin Influenza saja bertahan kurang lebih setahun karena dipengaruhi mutasi virusnya. Duh, saya tak tahu motif klaim vaksin nusantara itu. Ada yang tahu?? tutupnya.

Sebelumnya, selain vaksin Covid-19 Merah Putih yang dikembangkan Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, ternyata Indonesia juga mengembangkan vaksin Nusantara.

Vaksin gagasan Terawan selama menjadi Menkes itu menggunakan teknologi sel dendritik yang bisa dipersonalisasi untuk satu orang. Metode ini baru pertama kalinya di dunia dan dipercaya sangat aman bagi penerima vaksin karena sangat kecil efek sampingnya.

Singkatnya vaksin nusantara diklaim aman bagi orang dengan komorbid.

Selanjutnya vaksin nusantara, sedang menjalani uji klinis tahap 2 dan nantinya akan memasuki tahap uji klinis tahap 3, dan semua penelitian dilakukan dan berpusat di RS Kariadi Semarang. (tim)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Comment moderation is enabled. Your comment may take some time to appear.

%d bloggers like this: