Refleksi Diri Saat Pandemi Melalui Sebuah Fiksi.

Oleh: Sofia Hamida

Penulis Mahasiswa Bahasa dan Sastra Inggris Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Airlangga

Sofia Hamida
Sofia Hamida

Kehadiran Coronavirus Disease menyebabkan semua orang harus bertahan hidup dengan sekelumit aturan baru seperti mengenakan masker saat bepergian, tinggal di rumah jika tak ada kepentingan yang mendesak, mencuci tangan secara berkala dimanapun baik individu dan kelompok berada.

Sayang sekali, tak seluruh masyarakat menaatinya. Mereka melakukan setidaknya satu atau dua pelanggaran atau bahkan tidak menaati protokol kesehatan yang telah ditetapkan oleh badan kesehatan dunia, WHO.

Dorongan masyarakat terhadap tindakan pelanggaran semakin menjadi-jadi, semua orang bahkan tidak percaya dan menganggap bahwa virus ini hanyalah hasil konspirasi antara China dan Amerika Serikat yang saling bersaing dalam sektor ekonomi pada awal Januari.

Ditambah lagi dengan keadaan ekonomi masyarakat Indonesia yang dapat dikatakan cukup rendah dan upah yang tidak menentu memaksa mereka keluar dari rumah untuk bekerja.

Pandemi Coronavirus Disease ini ibarat sebuah fiksi, yang mana mengingatkan kembali kepada salah satu novel supernatural milik penulis tersohor di Britania Raya.

Gaya penulisannya yang dikenal sangat kaya akan imajinasi dan sedikit satiris itu membawanya ke dalam salah satu penulis dengan karyanya yang unik dan terbarukan di era milenial.

Tidak terlalu banyak yang mengenal sosok Anthony Horowitz karena popularitasnya yang tidak terlalu diekspos publik domestik.

Akan tetapi, meskipun tidak terlalu populer, pria yang lahir pada 5 April 1955 di Inggris ini merupakan peraih penghargaan tertinggi di Britania Raya dalam penulisannya pada seri buku “The Power of Five” dan menjadi sorotan sepanjang tahun 2012 kala penyelesaian buku kelimanya yang berjudul “The Power of Five: Oblivion”.

Buku “The Power of Five: Oblivion” yang terbit pada tahun 2012 itu merupakan salah satu bentuk cerminan yang cocok dengan kondisi saat ini dimana semua orang sedang mengalami masa yang paling berat dan menyedihkan di dunia.

Misi kelima orang yang terpilih, yang terdiri atas Matt, Pedro, Scarlett, Jamie, dan Scott, para penjaga gerbang dunia terancam dimusnahkan oleh para penguasa yang tergabung dalam The Old Ones.

Horowitz mampu mendeskripsikan dengan baik bagaimana manusia saling menyatukan kekuatan agar selamat dari bencana besar yang disebabkan oleh pihak-pihak jahat yang menyalahgunakan kekuasaan mereka dengan cara-cara berbahaya layaknya teror bom dan kekacauan besar di Inggris dan wabah yang melanda Tiongkok.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Comment moderation is enabled. Your comment may take some time to appear.

%d bloggers like this: