Pengusaha Optimis Ekonomi Akan Tumbuh Diatas 5 Persen

Foto: Acara Seminar Nasional ‘Membaca Prospek Ekonomi 2020’ yang diselenggarakan Kaukus Muda Indonesia (KMI) di Hotel Sentral Jl. Pramuka, Jakarta Timur, Rabu (29/10/2019). Foto: KMI/dok.

EDITOR.ID, Jakarta – Bhima Yudhistira Pengamat Ekonomi INDEF, pesimis ekonomi tumbuh diatas 5 persen, sebab bisa bertahan agar tidak turun 5 persen sudah cukup bagus. Adanya ramalan soal ekonomi Indonesia akan tumbuh 5,1 hingga 5,5 persen pada tahun 2020, dinilainya hanya sebuah rumor saja.

Hal ini disampaikan Bhima Yudhistira Pengamat Ekonomi INDEF pada Seminar Nasional ‘Membaca Prospek Ekonomi 2020’ yang diselenggarakan Kaukus Muda Indonesia (KMI) di Hotel Sentral Jl. Pramuka, Jakarta Timur, Rabu (29/10/2019).

“Akibat adanya perang dagang antara Amerika Serikat dan Cina tidak memungkinkan terjadinya akselerasi pertumbuhan ekonomi lebih dari 5 persen. Banyak hal yang sulit dikendalikan akibat dampak dari perang dagang,” ujar Bhima sapaan akrabnya.

Katanya, perang dagang ini seharusnya dapat menguntungkan Indonesia, tetapi permasalahannya adalah belum siapnya SDM dan adanya hambatan regulasi pemerintah. Sehingga pada akhirnya menciptakan ekonomi biaya tinggi.

“Efek dari perang dagang pengalihan barang-barang dari China banyak yang masuk ke Indonesia, salah satunya melalui e-commerce. Barang dari China berjubel-jubel masuk ke Indonesia dengan mudah dan murah,” terang Bhima.

Tentunya, lanjut Bhima, kondisi ini menyebabkan generasi muda sekarang banyak berlomba-lomba ingin menjadi importir sukses, dibandingkan menjadi wirausaha sukses. Apalagi katanya, ditambah adanya kendala soal izin dan pajak dari pemerintah yang belum dipangkas.

“Kedepan bisnis yang bagus adalah kuliner tradisional dan kopi daerah, karena mahalnya biaya pesawat. Sehingga biaya perjalaan meningkat tajam. Ngak perlu jauh jauh ke Bali atau ke Aceh cukup wisatanya di kafe-kafe yang menawarkan produk daerah tapi tersedia di Jakarta,” lugasnya.

Bhima menambahkan, hal lain yang perlu diwaspadai adalah menjamurnya start-up yang mendapat suntikan dari investor dan menjadi suatu kekhawatiran ketika dengan kondisi ekonomi sekarang mereka gagal menjual sahamnya ke publik.

Terkait kabinet baru, ia sangat menyayangkan terhadap jabatan menteri yang seharusnya diisi oleh tim-tim ekonomi, justru diisi dari parpol.

“Saya mendorong Presiden segera melakukan reshuffle jika dalam waktu 100 hari kerja indikator-indikator ekonomi tidak bisa diperbaiki,” jelasnya.

Sementara itu Jefri Butar-Butar Senior Analysis APINDO, mengatakan bagi dunia usaha APINDO lebih konsen kepada isu-isu sektoral dan lintas sektor seperti manufaktur, pangan, pariwisata, dan energi.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Comment moderation is enabled. Your comment may take some time to appear.

%d bloggers like this: