Menjual dan Membeli Harapan Dengan Imajinasi

Hal ini juga disebabkan oleh adanya perilaku para pimpinan organisasi politik, sosial, budaya dan keagamaan yang enggan memberikan tongkat estafet kepemimpinan kepada generasi yang lebih muda dengan alasan belum waktunya atau belum memiliki pengalaman.

Masih banyak para pimpinan partai politik yang tetap ingin memegang kepemimpinannya walaupun sudah lebih dari dasa warsa kepemimpinan, atau ada semacam pendapat bahwa hirarki kepemimpinan itu harus berada dalam lingkungan keluarganya (suksesi).

Tanpa disadari bahwa para pemimpin organisasi politik, sosial, budaya dan keagamaan memiliki andil dalam pelemahan kekuatan dan semangat persatuan dan kesatuan bangsa.

Generasi muda yang dijanjikan sebagai penerus perjuangan bangsa, sebagai pengisi dan penerus perjuangan serta calon pemimpin masa depan bangsa akan berfungsi sebagai pengisi dan penerus perjuangan itu yang harus berjuang dan berjuang lagi, karena dinilai belum layak menduduki tampuk kepeminpinan.

Dengan tidak adanya sebuah kesempatan yang terbuka secara umum untuk diperebutkan dengan sebuah persaingan yang sehat bisa menyebabkan kaum muda menjadi hilang harapan dan frustasi.

Refleksi kehilangan harapan ini ditangkap oleh mereka yang memiliki kreasi dan imajinasi yang tinggi untuk menangkap dan memanfaatkan peluang yang ada dengan mengolah dan membangun sebuah harapan untuk mengajak dan menarik mereka – mereka yang memiliki asa yang sama.

Sehingga terbentuk komunitas untuk membenarkan sebuah kesempatan atau situasi dengan memberikan harapan baru yang dipandang dapat memberikan pencerahan hidup dan masa depannya, tanpa mempertimbangkan kematangan logika.

Sehingga yang terjadi adalah pengumpulan dana untuk mencapai tujuan ekonomi tertentu, pembenaran logika atas titisan seseorang di bagian hulu, dan kerusakan dibagian hilir akibat menyesuaikan apa yang terjadi di hulu, seperti berusaha mencari hutang atau meminjam untuk sekedar dapat mengikuti apa yang di perintahakan para tokoh – tokoh yang di hulu, sungguhpun di hilir kocar kacir untuk menyesuaikannya.

Tugas berat yang akan di jalani oleh bangsa ini adalah menghidupkan logika yang jernih terhadap usaha membangun pemikiran dan harapan yang telah rusak akibat adanya keengganan para tokoh bangsa untuk membangun dan memberikan contoh terbaiknya bagi bangsa ini, sehingga semua dapat berjalan secara alami tanpa adanya rekayasa.

Artinya yang muda yang seharusnya sudah mendapat kesempatan untuk mendapatkan atau memegang tanggungjawab hendaknya tidak ditunda lagi, karena dengan kesempatan itu sudah pasti tanggung jawab yang diemban akan disertai dengan penyiapan dirinya sebaik mungkin untuk dapat memarankan tanggungjawab yang dipikul.

Seperti air yang mengalir di sungai akan menjadi sebuah padangan yang elok jika terstruktur sesuai dengan alur sungai, tetapi ketika sudah tidak tertampung lagi maka yang terjadi adalah banjir yang tidak lagi mengenal waktu dan tempat untuk bergerak menggunakan potensinya. (***)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Comment moderation is enabled. Your comment may take some time to appear.

%d bloggers like this: