Ketika Pak Karno Berkeluh Kesah kepada Mas Gibran

EDITOR.ID, Solo,- Air cucuran atap jatuhnya ke pelimbahan jua. Sifat anak biasanya menurun dari sifat orangtuanya. Itulah yang tergambarkan dari sosok Gibran Rakabuming Raka. Di awal tahun 2005 sang ayah Joko Widodo punya kebiasaan menyelami hati rakyatnya melalui blusukan. Berjalan dari kampung ke kampung untuk mendengar keluh kesah rakyat.

Kebiasaan itulah yang mengantar Joko Widodo meraih karir politik sebagai Walikota Solo 2005 hingga 2012. Dan dengan gaya blusukan Jokowi berhasil dipercaya menjadi Gubernur DKI Jakarta hingga kini Presiden RI dua periode.

Rupanya, gaya itulah yang kini dilakukan Gibran. Ibaratnya Gibran napak tilas Jokowi 15 tahun silam. Kini Gibran hampir setiap waktu sering melakukan blusukan. Anjangsana dari satu tempat ke tempat lain di wilayah Solo untuk sekedar memperkenalkan diri, bersilaturahmi hingga menyerap aspirasi rakyat.

Minggu (19/1/2020) sore kembali putra sulung Jokowi itu menjelajah Kampung Penjalan, RW 4, Gandekan, Surakarta. Ia menghadiri acara sarasehan bersama warga kampung. Membaurkan diri dengan mereka. Mendekatkan diri tanpa jarak dan sekat.

Acara yang dimulai dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya tersebut dihadiri sekitar lebih dari 100 warga.

Usai Gibran sambutan, terdengar selentingan suara warga yang mengatakan, “Lah, suarane koyo bapak-e yo (suaranya seperti bapaknya ya)” ujar warga sambil berbisik-bisik.

Acara sarasehan kampung dimanfaatkan Gibran untuk mendengar keluh kesah, menyerap aspirasi dan mendapatkan ilmu dari masyarakat yang ia kunjungi. Dengan telaten dan sabar, Gibran terus mencermati apa yang diharapkan warga dari seorang pemimpin daerah.

Lantas, apa saja keluhan warga?”

Kesempatan bisa bertemu langsung dengan Gibran dimanfaatkan warga untuk mengutarakan permasalahan yang ada di kampungnya. Mereka tanpa takut dan apa adanya mengeluarkan keluh kesah dan uneg-unegnya kepada bakal calon wali kota Solo tersebut.

“Saya tinggal di area Kali Pepe, sekarang sudah normalisasi sungai. Kabarnya akan dilebarkan sampai 3 meter dari sungai untuk keperluan wisata, otomatis kami warga kena gusur, nanti gimana?” ujar Sukarno salah satu warga.

Gibran pun bertanya apakah ada sosialisasi kepada warga dan berapa KK yang terdampak.

“Sudah ada sosialisasi, ada 12 KK, tapi jumlah ganti ruginya belum tahu berapa, katanya dihargai 100 ribu/meter,” lanjut Pak Karno, sapaan akrab Sukarno ini.

Gibran pun berjanji menindak lanjuti perihal ini ke pihak terkait.

“Saya check dulu ya Bu, Pak, Programnya itu masih berjalan apa tidak, dan jika masih akan saya check proses ganti ruginya seperti apa,” jawab pemilik usaha katering Chilli Pari ini.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Comment moderation is enabled. Your comment may take some time to appear.

%d bloggers like this: