Gus Baha Ungkap Hakikat Sorga dan Neraka

EDITOR.ID, Jakarta,- Ulama yang tampil sederhana dan Tawadhu, KH. Ahmad Bahauddin Nursalim atau yang lebih akrab dipanggil Gus Baha’ menyampaikan masih banyaknya hakikat orang yang belum tahu Surga, Neraka dan kecintaan kita pada Allah SWT.

Gus Baha mengatakan dalam disiplin Ilmu Tasawuf, menurut Imam Al Ghozali ; representasi Al-Qur’an tentang Surga-Neraka itu hanyalah gambaran ‘litaqribil afham’.

“Gambaran untuk mendekatkan pemahaman logika manusia. Karena Al Qur’an adalah kalam Allâh yang qodim, ketika turun ke level hawadits, tentu dengan menggunakan bahasa hawadits,” katanya.

Neraka, menurut Gus Baha’ dengan bermacam kepedihan adzabnya merupakan simbol perwujudan dari sukhtullâh (kemurkaan Allâh), dan surga dengan gelimang nikmatnya adalah sebagai perwujudan dari simbol Ridho Allâh.

“Itu saja hakikatnya,” pesan Gus Baha’ sebagaimana dilansir dari Muslimmoderat.

Gus Baha melatih kita berfikir dengan logika yang sahih, agar dalam melakukan kebaikan-ibadah, (bisa) murni hanya berdasar iman, syukur, cinta, mengagungkan, dan rindu kepada (keridho’an) Allâh semata, dan bukan lagi orientasi surga-neraka ataupun transaksional duniawi.

Caranya, kita harus kembali pada ajaran tasawuf dengan menjiwai secara penuh kalimah munajat ; “Ilahî anta maqsûdi wa ridhôka matlûbi”. Namun jika belum bisa dan belum mampu, harus senantiasa dilatih, dan dilatih lagi.

Agar lebih mudah memahami cara cara itu, Gus Baha memberi analogi (Qiyas).

Kata beliau, “1+1 berapa? Kamu menjawab 2 itu, nunggu saya beri hadiah satu juta, atau tetap menjawab 2 demi menjaga status kewarasan (akal sehat) anda? Tentunya tetap menjawab 2, kan?”

“Kenapa demikian? Karena 1+1 = 2 itu adalah hakikat. Dan hakikat itu, lâtahtâju ila ujroh; yang namanya mempertahankan hakikat itu, tidak lagi butuh upah. Jelas ya?”

“Sekarang Allâh sebagai Tuhan itu hakikat atau bukan? Hakikat. Kemudian, jika seandainya kalian mengatakan begini; “Ya Allâh, jika Engkau kasih surga, saya akan katakan Engkau Tuhan. Namun jika tidak, ‘tunggu dulu’.” Orang yang seperti itu, waras atau tidak? Jawabannya, pasti tidak waras.”

Dengan memahami itu, kita akan berfikir; “Ya Alláh, betapa malunya hamba, untuk mengatakan 1+1=2 hamba tidak butuh upah. Lalu kenapa untuk bersaksi bahwa engkau Tuhan, kita masih berharap surga, (takut neraka, bahkan sampai transaksional persoalan duniawi)? Betapa bodohnya kita?!” pungkas Gus Baha.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Comment moderation is enabled. Your comment may take some time to appear.

%d bloggers like this: