Berlomba Adu Cepat Temukan Vaksin Covid

Vaksin Rusia menggunakan jenis adenovirus (kelompok virus) yang telah disesuaikan, virus ini mirip flu biasa. Namun persetujuan vaksin oleh regulator Rusia datang sebelum selesainya studi yang lebih besar yang melibatkan ribuan orang, yang dikenal sebagai uji coba fase tiga.

Padahal, para ahli menganggap uji coba ini sebagai bagian penting dari proses pengujian.

Meskipun demikian, Menteri Kesehatan Rusia Mikhail Murashko mengatakan pada hari Selasa bahwa vaksin itu terbukti sangat efektif dan aman. “Ini adalah langkah besar menuju ‘kemenangan umat manusia’ atas COVID-19.”

Pejabat Rusia mengatakan vaksin itu diberi nama Sputnik V untuk menghormati satelit pertama di dunia. Sputnik adalah kata dalam bahasa Rusia untuk satelit.

Mereka menyamakan pencarian vaksin dengan perlombaan antariksa yang diperebutkan oleh Uni Soviet dan AS selama Perang Dingin. Rusia sebelumnya telah dituduh oleh Inggris, AS, dan Kanada berusaha mencuri penelitian terkait COVID-19.

Sementara itu, Pemerintah Amerika Serikat telah menyetujui untuk membayar Johnson & Johnson lebih dari US$ 1 miliar atau Rp 14 triliun untuk 100 juta dosis vaksin Virus Corona COVID-19. Saat ini, vaksin dari Johnson & Johnson masih dalam tahap percobaan, dan kini vaksin itu masih dalam tahap awal uji coba pada manusia di AS dan Belgia.

“Kami tingkatkan produksi persediaan vaksin SARS-CoV-2 di AS dan seluruh dunia untuk penggunaan darurat,” ujarnya.

Negeri Paman Sam tersebut juga telah menggelontarkan dana sebesar US$ 456 juta untuk pembuatan vaksin itu. Produksi untuk lebih dari 1 miliar dosis vaksin merupakan target Johnson & Johnson pada tahun 2021 mendatang.

Teknologi sama, yang pada sebelumnya digunakan dalam vaksin eksperimental untuk Ebola, kini juga sedang digunakan untuk memproduksi vaksin Ad26.COV2.S oleh Johnson & Johnson.

Menurut laporan VOA Indonesia, vaksin yang diproduksi Johnson & Johnson itu akan dikirimkan ke Badan Penelitian dan Pengembangan Biomedis Lanjutan (BARDA) yang berbasis nirlaba.

Setelah mendapatkan persetujuan, vaksin itu diperuntukkan bagi penggunaan darurat oleh FDA, Badan Administrasi Makanan dan Obat-obatan AS.

Selain Johnson & Johnson, beberapa perusahaan lainnya juga telah membuat kesepakatan dengan AS untuk vaksin Corona COVID-19 yang berpotensi. Baru-baru ini, AS mengumumkan kesepakatannya untuk menyediakan 100 juta dosis vaksin bernilai US$ 2,1 miliar dengan perusahaan farmasi Sanofi dan GlaxoSmithKline.

Sedangkan tiga vaksin yang dikembangkan China, kini memasuki uji coba fase 3. Tiga kandidat vaksin asal China tersebut yakni Sinovac, Sinopharm, dan CanSino.

Vaksin Sinovac, kini tengah diuji coba di sejumlah negara, di antaranya Indonesia dan Bangladesh. Di Indonesia, Universitas Padjajaran turut berperan dalam uji coba yang melibatkan 1.620 sukarelawan ini.

Vaksin Virus Corona tersebut bakal disuntikkan dua kali ke tubuh relawan per 14 hari. Secara berkala, tim akan melakukan pengawasan dan pemeriksaan terhadap setiap relawan. Pemantauan relawan dilakukan selama 7 bulan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Comment moderation is enabled. Your comment may take some time to appear.

%d bloggers like this: