Aceh Jadi Jalur Kejahatan Human Traficking Etnis Rohingya

Oleh : Muhammad Ichsan

Penulis adalah Mahasiswa Magister Kajian Asia Tenggara FIB Universitas Indonesia dan Penggiat Diaspora Budaya dan Kawasan Transnasional Asia Tenggara. Alumni FKIP Sejarah Universitas Syiah Kuala Aceh

Muhammad Ichsan Tahun 2021 Pelaku Perdagangan Manusia Masih Menjadikan Aceh Jalur Kejahatan Transnasional Etnis Rohingya
Muhammad Ichsan Tahun 2021 Pelaku Perdagangan Manusia Masih Menjadikan Aceh Jalur Kejahatan Transnasional Etnis Rohingya

Kasus Perdagangan Manusia terus meningkat dari tahun ke tahun. Dua pakar Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengatakan para pelaku perdagangan orang mengambil keuntungan di tengah pandemi COVID-19 dengan mengincar kalangan migran yang kehilangan pekerjaan hingga anak-anak yang putus sekolah serta korban perang.

Pelambatan ekonomi global mengakibatkan banyak orang kehilangan pekerjaan, putus asa, dan berisiko dieksploitasi, kata para pakar.

Selain itu pada tahun 2021 jalur laut utara provinsi Aceh menjadi favorit cukong menyeludupkan Etnis Rohingya dan bahkan semakin masif mendaratkan pengungsi malang dari negara Myanmar yang tak diakui status kependudukannya tersebut.

Pandemi covid banyak pengungsi etnis rohingya yang tidak terurus dengan baik di pengunsian besar cox bazar bangladesh sehingga mereka memutuskan kabur dari kamp.

Kebijakan pemerintah bangladesh memindahkan sebagian pengungsi ke pulau terpencil dinegara tersebut membuat pengungsi depresi dan frustasi dengan keadaan bak penjara. Aceh harus berhati – hati dalam menerima etnis Rohingya kedepan karena mereka terorganisir, walaupun rasa kemanusiaan kita bangsa Aceh tinggi. Kejahatan transnasional tidak dapat dikatakan benar.

Dikutip dari media DW.com (20/12), PBB merilis studi yang menunjukkan tren pernikahan anak dan perdagangan manusia di kamp pengungsian Rohingya di Bangladesh meningkat. Dihentikannya akses pelayanan anak jadi salah satu faktor penyebab.

Menurut sebuah studi yang dirilis PBB pada Kamis (17/09) menunjukkan tren pernikahan anak dan perdagangan manusia di kamp pengungsi Rohingya di Bangladesh mengami peningkatan setiap harinya.

Bangladesh mengurangi aktivitas bagi kaum muda di kamp-kamp pengungsian semenjak April dan memfokuskan pada pelayanan kesehatan darutat dan penyediaan makanan sebagai upaya mencegah penyebaran virus korona. Para aktivitas relawan pun juga dibatasi.

Selain penelitian dari Perserikatan Bangsa-Bangsa, pada tahun 2021 untuk wilayah Triangle Selat Malaka dan Teluk Benggala menjadi contoh pasti jalur eksploitasi perdagangan manusia internasional khususnya etnis korban konflik Rohingnya.

Keberadaan pengungsi asal Myanmar kini dimanfaatkan oleh oknum-oknum tertentu untuk mendapatkan rupiah. Mereka mengincar para wanita muda pengungsi Rohingya untuk dijadikan obyek Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO).

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Comment moderation is enabled. Your comment may take some time to appear.

%d bloggers like this: