Aceh Jadi Jalur Kejahatan Human Traficking Etnis Rohingya

Rohingya di Aceh, Dilema Antara Kemanusiaan dan Potensi Kecemburuan Sosial

Keputusan menerima pengungsi Rohingya adalah langkah yang dilematis dan memiliki dua mata sisi pisau.

Di satu sisi yang dipertaruhkan adalah rasa kemanusiaan rakyat Indonesia dalam menolong sesama manusia.

Namun di sisi lain, apakah Indonesia, khususnya Pemerintah Provinsi Aceh memiliki sumber daya yang cukup untuk menghidupi mereka di tengah tingkat kemiskinan di Aceh yang tinggi – urutan pertama termiskin di Sumatra dan urutan keenam secara nasional.

Faktanya Rohingya yang hadir di Aceh selain beban pemerintah lokal penampung juga telah terungkap aktivitas perdagangan transnasional yang memenfaatkan Aceh sebagai wilayah perantara pengungsi yang memiliki kurir serta permainan cukong besar rohingya Medan – KL untuk diseludupkan mereka ke negara ketiga yaitu (Malaysia,Australia).

Cukong Penyeludup Rohingya memilih Aceh karena Pemerintah Malaysia telah Menolak disebabkan Pandemi Covid

Malaysia, negara dengan mayoritas penduduk Muslim itu, telah lama menjadi tujuan favorit bagi warga Rohingya untuk mencari penghidupan yang lebih baik setelah melarikan diri dari penumpasan yang dipimpin militer Myanmar pada 2017 di kampung halaman mereka. Tak sedikit pula pengungsi Rohingya yang tak tahan tinggal kamp-kamp pengungsi di Bangladesh, sehingga memutuskan lari ke Malaysia.

Malaysia akhirnya menyerah. Negeri jiran itu tidak bisa lagi menerima pengungsi Muslim Rohingya dari Myanmar karena kesulitan ekonomi dan sumber daya yang semakin menipis akibat pandemi virus corona (Covid-19).

-Kebaikan hati orang Aceh, ternyata telah lama dimanfaatkan untuk kepentingan bisnis penyeludupan etnis Rohingya. Melalui ragam rekayasa sosial, ‘pengungsi’ itu didamparkan ke Aceh. Setelah mendapatkan bantuan dan hunian sementara, satu persatu bangsa keling itu hilang dari penampungan. Sempat diduga diculik, ternyata mereka lari menuju tujuan akhirnya.

Perihal terdamparnya etnis Rohingya, bukan baru sekali terjadi di Aceh. Tapi sudah berkali -kali. Dramanya selalu sama, terdampar dan lapar. Terbaru, Senin (7/9/2020) mereka terdampar di Lhokseumawe.

Sebelumnya, (4/6/20) mereka ‘terdampar’ di perairan Seunuddon. Dengan memanfaatkan rasa kemanusiaan, para mafia berhasil mendaratkan ‘awak plueng’ itu. Sebelumnya, berkali -kali perahu pengungsi yang lari dari kamp pengungsian di Bangladesh terombang – ambing di perairan Aceh dan kemudian diselamatkan oleh nelayan dan didaratkan oleh pemerintah.

Berita terakhir, Petugas TNI dari Kodim 0103 Aceh Utara kembali berhasil mengagalkan upaya penyeludupan 20 wanita Rohingya dari kamp penampungan sementara di Gedung BLK Kota Lhokseumawe, Sabtu (12/12/2020).

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Comment moderation is enabled. Your comment may take some time to appear.

%d bloggers like this: