Pesona Budaya Desa Adat Ratenggaro dan Perokodi

Oleh: Ngatawi Al-Zastrouw

Penulis adalah Seorang Budayawan dan Kepala Makara Art Center Universitas Indonesia

Pesona Budaya Desa Adat Ratenggaro Dan Perokodi 2
Pesona Budaya Desa Adat Ratenggaro Dan Perokodi 2

Hari terakhir di Sumba kami berkesempatan mengunjungi desa adat Ratenggaro. Desa adat ini terletak di desa Umbu Ngedi, Kecamatan Kodi Bangedo, Sumba Barat Daya, berjarak sekitar 56 km dari Tambolaka, Ibukota Kabupaten Sumba Barat Daya.

Jalan menuju Ratenggaro sudah lumayan mulus, hanya beberapa ruas yang rusak dan bergelombang. Meskipun jalanan relatif mulus, namun karena sempit dan berliku, maka jarak yang tidak begitu jauh itu ditempuh dalam waktu 1,5 sampai 2 jam dengan kendaraan elf.

Secara etimologis (bahasa) Ratenggaro berasal dari dua kata; rate yang berarti kuburan dan garo yang berarti orang Garo. Menurut keterangan keketua adat, desa Ratenggoro merupakan tempat penguburan orang yang mati terbunuh karena perang antar suku.

Desa adat Ratenggaro laksana cagar budaya, karena di desa itu masyarakatnya masih memegang teguh adat leluhur dengan berbagai ritual dan tradisinya. Ekspresi adat ini terlihat dalam bangunan ruah yang seperti joglo Jawa namun atapnya menjulang tinggi hingga belasan meter terbuat dari jerami.

Ketinggian atap mencerminkan status sosial pemiliknya.Selain itu, tingginya atap rumah juga menjadi simbol penghormatan terhadap arwah para leluhur.

Pesona Budaya Desa Adat Ratenggaro Dan Perokodi 5
Pesona Budaya Desa Adat Ratenggaro Dan Perokodi 5

Rumah adat di Ratenggaro disebut Uma Kelada. Bangunan rumah adat Sumba seperti rumah panggung. Terdiri dari empat tingkat dengan fungsi yang berbeda-beda. Tingkat paling bawah berfungsi sebagai tempat hewan ternak.

Tingkat kedua sebagai tempat tinggal pemilik dan dapur tempat memasak. Di bagian atas tempat masak terdapat kotak tempat menyiman benda-benda keramat.

Tingkat ketiga berfungsi sebagai tempat menyimpan hasil panen. Tingkat keempat tempat menyimpan tanduk kerbau sebagai simbol kemuliaan. Selain berfungsi secara magis, tanduk kerbau juga memiliki fungsi estetis yaitu ornamen untuk mempercantik bangunan rumah. Oleh karena itu, tanduk kerbau ini biasanya diletakkan di tempat yang paling strategis agar bisa dilihat.

Menurut kepercayaan masyarakat Ratenggaro, ada empat rumah khusus yang disakralkan yaitu Uma Katoda Kataku dan Uma Kalama, keduanya merupakan simbol dari ibu. Kemudian dua lainnya sebagai simbol dari saudara ayah dan ibu yaitu Uma Katoda Amahu dan Uma Katoda Kuri.

Tidak ada simbol ayah dalam bangunan Rumah sakral masyarakat Ratenggaro. Posisi rumah keramat ini merepresentasikan empat mata penjuru angin dengan posisi saling berhadapan. Uma Katoda Kataku letaknya di bagian selatan menghadap ke utara, berhadapan dengan Uma Kalama yang berada di baguan utara menghadap ke selatan. Uma Katoda Kuri berada di timur menghadap barat, berhadapan dengan Uma Katoda Amahu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Comment moderation is enabled. Your comment may take some time to appear.

%d bloggers like this: