Pesawat Kini Sepi Penumpang, Kenapa?

EDITOR.ID, Jakarta,- Kejayaan pesawat sebagai transportasi primadona, lambat laun mulai tergerus bangkrutnya sejumlah maskapai penerbangan. Kini dengan hanya segelintir operator penerbangan membuat maskapai memonopoli jadwal penerbangan dan harga tiket pesawat.

Ilustrasi Bandara

Dampaknya jumlah penumpang dari tahun ke tahun terus mengalami penurunan yang sangat signifikan. Jumlah penumpang pesawat untuk rute domestik pada 2019 mencapai 76,7 juta penumpang. Namun angka itu ternyata turun tajam dibanding tahun sebelumnya.

Badan Pusat Statistik (BPS) baru-baru ini mencatat bahwa salah satu penyebab turunnya jumlah penumpang yang cukup signifikan tersebut adalah harga tiket yang mahal.

“Harga memang sudah turun, tetapi tetap lebih mahal dari beberapa tahun sebelumnya,” kata Kepala BPS Suhariyanto beberapa waktu lalu.

Harga tiket pada 2019 memang terbilang mahal. Sebagai contoh beberapa maskapai penerbangan sejak awal tahun lalu menaikkan harga tiketnya. Sebut saja Garuda, Citilink, Sri Wijaya dan NAM Air.

Pada kuartal pertama tahun lalu, harga tiket domestik Garuda naik 15% (qoq) dan 46% (yoy). Citilink yang terkenal dengan maskapai penerbangan low cost airlines yang terkenal dengan harga tiketnya yang murah pun mengikuti cara Garuda dengan menaikkan harga tiket. Pada periode yang sama harga tiket Citilink naik 23% (qoq) dan 64% (yoy).

Langkah serupa juga diambil oleh Sriwijaya Group yang kala itu berada di bawah naungan Garuda juga menaikkan harga tiket. Harga tiket domestik Sriwijaya Group naik 43% (qoq) dan 97% (yoy). Sementara maskapai penerbangan lain yaitu NAM Air mengalami kenaikan harga tiket 81% (qoq) dan 149% (yoy).

Tak bisa dipungkiri, kenaikan harga tiket yang sangat signifikan ini membuat appetite orang untuk bepergian menjadi berkurang. Kenaikan harga tiket ini pun banyak dikeluhkan oleh pelanggan.

Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi diminta untuk menurunkan harga tiket pesawat. Namun persoalan tarif tiket pesawat ini tak sesederhana itu. Carut marut industri penerbangan nasional membuat penurunan harga tiket pesawat seperti menghadapi situasi harus makan buah si malakama. Dimakan ibu mati tak dimakan bapak mati.

Kalau harga tiket diturunkan, maskapai-maskapai penerbangan tanah air akan menanggung rugi yang makin besar dan kelangsungan bisnisnya di ujung tanduk.

Sementara jika harga tak diturunkan, maka harga yang sangat mencekik membuat penumpang mengurungkan diri bepergian dengan pesawat terbang dan ujung-ujungnya dapat memicu penurunan pendapatan maskapai.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Comment moderation is enabled. Your comment may take some time to appear.

%d bloggers like this: