Pengamat: Hati-Hati dengan Produk Reksadana Saham

Penurunan imbal hasil yang cukup signifikan sejumlah reksa dana yang dikelola oleh perusahaan manajer investasi belakangan semestinya tidak menjadi preseden buruk bagi industri reksa dana tanah air.

Belum lama ini Kepala Riset Koneksi Kapital Alfred Nainggolan berpendapat, industri reksa dana sedang jadi sorotan publik pasca terkuaknya gagal bayar(default) senilai Rp 177,78 miliar dari penjualan produk reksa dana yang dikelola Narada Asset Manajemen. OJK juga sudah memberikan sanksi dengan menghentikan penjualan produk reksa dana Narada.

Secara psikologis, kata Alfred, reksa dana lainnya juga akan ikut terdampak. Namun, yang dikhawatirkan Alfred ke depan, jangan sampai ada penarikan dana besar-besaran (redemtion) oleh investor atas investasi reksa dana karena kasus tersebut karena akan menggangu likuiditas perusahaan manajer investasi.

“Beberapa MI sedang bermasalah, kita tidak tahu ujungnya ke mana, jangan sampai masyarakat panik jadi takut sehingga melakukan redeem,” kata Alfred Nainggolan akhir tahun lalu.

Ia menuturkan, tren penurunan imbal hasil reksa dana hingga akhir tahun ini akan berlanjut, utamanya dengan aset saham. Hal ini sejalan dengan imbal hasil Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang masih terkoreksi 1,52% sepanjang tahun berjalan.

“Hingga Desember, tren penurunan imbal hasil reksa dana masih akan terus membayangi,” ujarnya lagi.

Asosiasi Pelaku Reksa Dana dan Investasi Indonesia (APRDI) mendorong agar regulator, investor dan pelaku industri reksa dana menjadikan pembelajaran terkait penurunan signifikan dari sejumlah reksa dana yang dikelola oleh beberapa perusahaan manajer investasi (MI) belakangan ini.

Direktur Eksekutif Asosiasi Pelaku Reksa Dana dan Investasi Indonesia (APRDI), Mauldy Rauf Makmur mengakui, kondisi pasar sekarang ini tingkat volatilitasnya sangat tinggi, sementara, perusahaan manajer investasi harus pintar memilih portofolio dengan imbal hasil yang tinggi untuk menjaga likuiditas.

Salah satu langkah yang dilakukan manajer investasi adalah menaruh portofolio investasi di aset berisiko seperti saham-saham lapis kedua dan ketiga.

“Ini bagian dari pembelajaran dan kita mengharapkan ke depan industri tumbuh dengan sehat. Pelaku juga harus memperbaiki diri dan investor juga harus lebih pintar dalam melakukan investasinya,” ungkap Mauldy Rauf.

Namun dia meyakini, dari kasus ini, tidak akan mengurangi minat investor ke depan, namun lebih harus berhati-hati dan memperhatikan profil risiko dalam berinvestasi.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Comment moderation is enabled. Your comment may take some time to appear.

%d bloggers like this: