Jakarta, EDITOR.ID,- Duta Besar Indonesia untuk Jepang periode 2013-2016, Dr Yusron Ihza Mahendra, LL.M memiliki pengalaman buruk ketika menggunakan jasa penerbangan maskapai Citilink.
Adik dari Ketua Umum Partai Bulan Bintang Yusril Ihza Mahendra ini, kemudian mengingatkan kepada para calon penumpang Citilink lainnya agar tidak mengalami kerugian seperti dirinya dan agar waspada jika terbang menggunakan perusahaan itu.
Khususnya, jika ada bagasi atau barang bawaan yang diminta Citilink untuk dibawa melalui kargo.
Yusron menyampaikan pesan di atas kepada media, hari Minggu (5/3/2023).
“Saya merasa amat tidak nyaman saat terbang dengan Citilink dari Bandara Hanan Djoedin (Tanjung Pandan) ke Bandara Sukarno-Hatta hari Sabtu (4/3) kemarin,” ujar Yusron yang juga terkenal sebagai seorang ilmuwan dan penulis.
Yang lebih tidak nyaman lagi, hal di atas justru terjadi di negeri ini dan bahkan di kampung halaman sendiri, ujar pria kelahiran Tanjung Pandan ini.
“Tidak hanya melakukan delay sebanyak dua kali atas perbangan Citilink dengan kode penerbangan QG 977 itu, saya pun juga amat tidak nyaman dengan sistem layanan bagasi mereka,” kata Yusron.
Menurut Yusron, berbeda dengan penerbangan lain seperti Sriwijaya Air, Citilink menolak membawa frozen fish (ikan beku) sekitar 23 kg yang dibawa Yusron untuk konsumsi pribadi.
Citilink menyarankan barang itu dikirim via Perusahaan Raja Cargo TJQ yang notabene akan dibawa oleh pesawat Citilink itu juga.
Sesuai bukti bayar untuk kargo nomor smu 888-23KG itu Yusron dikenakan biaya Rp 284.175.
Tidak hanya itu, menurut Yusron, saat tiba di Terminal Kargo Sukarno-Hatta, dia pun harus membayar lagi sejumlah Rp 275.000.
Masing-masing untuk pas masuk terminal kargo, sewa gudang dan ongkos antar dari gudang ke lapangan parkir. Dia harus pula menunggu sekitar dua jam.
Hal di atas, menurut Yusron, mungkin dialami juga oleh para penumpang Citilink yang lain, hanya saja mereka tidak angkat bicara.
Apakah ada main antara oknum-oknum Citilink dengan perusahaan Raja Kargo dan PT Gapura Angkasa yang mengurusi kargo, saya tidak tahu pasti, lanjut Yusron.
Yang jelas, sebagai penumpang, saya merasa amat tidak nyaman dengan kebijakan bagasi atau kargo oleh Citilink ini, kata pria kelahiran Tanjung Pandan yang pulang mudik ini.
Yusron yang juga mantan anggota DPR RI berharap Citilink meninjau kebijakannya bagasi atau kargo mereka. Sekaligus juga berharap Dirjen Perhubungan Udara memeriksa layanan kargo di Sukarno-Hatta dan bandara-bandara lain di Indonesia.
“Jangan sampai citra buruk muncul akibat kebijakan dan ulah aparat pelaksana di lapangan yang kurang pas,” pungkas Alumni Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia 1986.