Anehnya, kebiasaan tampil dalam pagelaran kuda lumping itu malah terbawa dalam kehidupan nyata. Selepas tidak bergabung dengan sanggar, Nenti justru ketagihan makan silet atau beling. Kedua jenis benda tajam itu, sudah seperti cemilan bagi Nenti.
Setiap hari, ia setidaknya menghabiskan empat buah silet. Jika sedang tidak memiliki cukup uang, beling dipilih untuk kudapan. “Ada juga silet pemberian tetangga. Saya makan, enak kaya kerupuk, renyah gitu,” tutur Nenti.
Keanehan lain, selama ia makan bernda-benda tajam berbahaya dirinya tidak merasa adanya kelainan apapun pada pencernaanya. Padahal sudah ribuan buah silet ia makan. Nenti bahkan merasa lebih kuat saat bekerja memulung barang-barang bekas.
“Kalau tidak makan silet malah lemas, malas bekerja. Makanya kalau menemukan beling atau silet saat memulung, saya pisahkan untuk dijadikan cemilan sore atau malam,” tutur Nenti.
Sejauh ini Nenti belum bersedia ‘mengeluarkan’ ilmu kebal yang sudah tertanam dalam tubuhnya selama lebih dari seperempat abad. Ia justru khawatir terjadi sesuatu jika nekat melakukannya. “Belum, belum kepikiran membuang ilmu kebal ini. BIar sajalah,” ungkapnya. (Hendra Sumiarsa)