Mengubah BUMN Rumah Hantu Jadi Istana Peradaban

Balai Pustaka merupakan perusahaan penerbit tertua di Indonesia dan sudah berumur 100 tahun pada 2017 lalu. “Balai Pusataka menyelenggarakan Sanggar Sastra dalam rangka merangsang kreativitas generasi muda dalam bidang sastra,” kata Fachrodji.

Ketika diminta masuk dan membenahi, kondisi PT BP 15 tahun merugi terus. Hal itu terjadi setelah monopoli penerbitan buku pemerintah dicabut. “Aset-asetnya pada dijualin untuk membayar gaji pegawai karena merugi terus. Semua gedung dijual. termasuk gedung berlantai 16 di dekat gedung OJK, pabrik percetakan, semuanya dijual, dan hanya tinggal satu pabrik percetakan di Pulogadung dan Pulokambing, itu masih kita pertahankan,” paparnya.

Lalu ada karyawan yang mengusulkan ke Fachrodji sebaiknya pabriknya dijual saja agar mereka bisa gajian. “Tapi justru saya kembalikan, bahwa gedung yang pernah dijual harus balik kembali ke pangkuan Balai Pustaka,” kata pria penggemar olah raga ini.

Dan ketika kementrian kolega BUMN memberikan masukan kepada Fachrodji agar bekerjasama dengan salah satu jaringan toko besar di Indonesia, Fachrodji malah membuat anomali. “Harusnya mereka yang datang kepada kita,” kata Fachrodji.

Dan menurut Fachrodji, itu bisa dibuktikan. Tahun ini, Balai Pustaka tengah berusaha membangun 1.000 Taman Bacaan. Konsep Taman Bacaan layaknya toko buku, hanya lokasi Taman Bacaan banyak dibangun di wilayah-wilayah terpencil. Satu taman bacaan diisi 500 buku yang tidak hanya terbitan dari Balai Pustaka.

“Ketika bu Rini meminta Balai Pustaka bersinergi dengan BUMN dan membuat program 1.000 taman bacaan, maka 1.000 itulah gerai Balai Pustaka, anda bisa hitung jika satu rumah baca butuh 10 judul buku maka ada 10 ribu judul buku yang harus dipasok ke taman bacaan, maka toko buku itu mendekati kita, mereka ingin men-display bukunya di Taman Bacaan. Karena pasti laku. Jadi sama-sama hidup, penerbit swasta hidup, kami juga hidup,” paparnya.

Dan ketika Balai Pustaka sudah dihargai oleh seluruh penerbit di Indonesia kita akan bangkit. “Saya bilang justru toko buku itu yang akan mendekati BP karena gerai jaringan kita lebih luas,” katanya.

Di awal membenahi PT BP, Fachrodji keliling menawarkan kerjasama dengan BUMN. “Kebetulan ibu Rini (Menteri BUMN,red) ada program 1000 rumah sastra, maka saya ajak BUMN untuk mensukseskan program ini bersama PT Balai Pustaka, maka kami mengembangkan outlet di berbagai daerah,” katanya.

“Kalau beli buku ditoko sebelah kira-kira Rp 100 ribu kita berani jualan separoh harga,” katanya.

Belakangan, pemerintah melalui kementerian BUMN sangat serius membantu dan memperkuat eksistensi Balai Pustaka. Kata Fachrodji, pemerintah memberikan arahan agar BP bersinergi dengan BUMN lain, guna mendorong kelancaran bisnis.

“Bahkan Menteri sebagai perwakilan pemerintah memberitahu kepada saya sebagai Dirut. Kalau ada Dirut yang begitu dihubungi tak mau menjawab, beritahu saya, nanti saya tegur Dirut BUMN tersebut’,” ucap Fachrodji menirukan percakapannya dengan Menteri Rini Soemarno.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Comment moderation is enabled. Your comment may take some time to appear.

%d bloggers like this: