Kenapa Lebaran Indentik dengan Ketupat, Sejarah dan Makna Filosofi

Orang yang berpuasa seperti itu disebut kaffah atau kafatan, artinya sempurna. Orang Indonesia menyebutnya kupat (ketupat) atau kupatan. Itu sebabnya orang Indonesia setelah berpuasa Syawal, ada hari raya ketupat, artinya hari raya sempurna.

Ilustrasi Ketupat

Biasanya, ketupat disajikan bersama opor ayam dan sambal goreng. Ini pun ternyata ada makna filosofisnya. Opor ayam menggunakan santan sebagai salah satu bahannya. Santan, dalam bahasa Jawa disebut dengan santen yang mempunyai makna “pangapunten” alias memohon maaf.

Saking dekatnya kupat dengan santen ini, ada pantun yang sering dipakai pada kata-kata ucapan Idul Fitri: mangan kupat nganggo Santen, menawi lepat nyuwun pangapunten yang dalam bahasa Indonesia artinya makan ketupat pakai santan, bila ada kesalahan mohon dimaafkan.

Makna Bentuk Persegi Empat Dalam Pandangan Filosifi

Tidak hanya sebatas makanan khas, ketupat juga melahirkan sejumlah tradisi di antaranya lebaran ketupat. Momen yang kerap disebut sebagai “lebaran kecil” ini dilaksanakan sepekan setelah perayaan Idul Fitri. Selain itu, kupat memiliki bentuk persegi empat, simpulnya juga memiliki bentuk yang serupa.

Karenanya, empat merupakan angka istimewa dalam ketupat dan mengandung nilai filosofi yang dalam. Demikian dijelaskan KH Jadul Maula dalam Diskusi Budaya “Ragam Tradisi Syawalan di Nusantara” yang digelar Ngaji Sejarah (Jirah) di Latar Wingking, Jalan Ki Gede Mayaguna, Kaliwadas, Sumber, Cirebon, Jawa Barat pada Rabu (26/4/2023) malam.

Menurut Kiai Jadul, empat tersebut memiliki makna empat arah mata angin, yaitu Utara, Barat, Selatan, dan Timur. Empat juga bermakna empat mazhab, yaitu Hanafi, Maliki, Syafi’i, dan Hanbali dan Khulafaur Rasyidin, yaitu Abu Bakar as-Shiddiq, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib.

Tidak hanya itu, empat juga mengandung arti jumlah punakawan dalam kisah pewayangan Jawa, yaitu Semar, Petruk, Gareng, dan Bagong. Empat juga memiliki arti spiritual, yaitu empat pimpinan malaikat, yaitu Jibril, Mikail, Israfil, dan Izrail.

Di samping itu, Kiai Jadul juga menyampaikan bahwa dalam Grebeg Syawal di Jawa, ada gunungan yang terdapat pohon dan empat binatang. Pohon tersebut dimaknai sebagai pancer, sedangkan empat binatang ini adalah harimau, banteng, kera, dan burung merak. Masing-masing binatang ini mewakili nafsu dalam diri manusia.

Harimau adalah bentuk simbolisasi nafsu amarah. Hal tersebut harus dikendalikan dan tentunya dapat diarahkan menjadi keberanian. “Kalau gak dididik bisa merusak,” kata Pengasuh Pondok Pesantren Kaliopak, Yogyakarta itu.

Banteng merupakan gambaran nafsu atau dorongan menyukai hal yang indah dan enak, seperti senang pada lawan jenis, harta benda, dan semacamnya.

“Bisa merusak kalau tidak dikendalikan. Kalau dikendalikan bisa rajin bekerja, suka berbagi, menolong, dan seterusnya,” katanya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Comment moderation is enabled. Your comment may take some time to appear.

%d bloggers like this: