Harga Saham Ambruk, Pasar Disuspen Sementara, Pertanda Apa?

Pasar Panik Karena Pendapatan Pajak Anjlok 30 Persen dan APBN Alami Defisit Rp31,2 Triliun. Ekonomi Sedang Tidak Baik-Baik Saja

Ilustrasi Perdagangan Saham

Jakarta, EDITOR.ID,- Pasar saham di PT Bursa Efek Indonesia (BEI) mengalami panic buying. Investor banyak melepas saham. Akibatnya sepanjang perdagangan sesi I Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergerak ke zona merah alias terpuruk. Otoritas pasar terpaksa menghentikan sementara atau suspen perdagangan saham akibat penurunan yang tak wajar tersebut.

Sejumlah analis pasar memperkirakan penurunan tajam harga saham dipicu melemahnya kepercayaan publik dan kekhawatiran pelaku pasar terhadap performa keuangan negara. Sebagaimana diketahui penerimaan pajak di APBN selama dua bulan di 2025 turun tajam 30 persen. Selain itu APBN mengalami defisit sebesar Rp31,2 triliun.

Bursa Efek Indonesia (BEI) membekukan sementara perdagangan (trading halt) sistem perdagangan pada pukul 11:19:31 waktu Jakarta Automated Trading System (JATS). Hal ini dipicu oleh ambruknya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ke level paling bawah.

Berdasarkan data RTI Business, Selasa (18/3/2025) pukul 11.56 WIB, IHSG anjlok sangat dalam, anjllok 395.866 poin atau 6,12% ke level 6.076 pada penutupan perdagangan sesi I. IHSG juga tercatat berada di level 6.458 pada pembukaan perdagangan pagi tadi.

Menjelang penutupan perdagangan sesi satu, IHSG bergerak di zona merah dengan rentang tertinggi di level 6.465 dan terendah 6.146.

Volume transaksi tercatat 16,61 miliar dengan nilai transaksi Rp 10,30 triliun dan jumlah frekuensi saham yang diperdagangkan sebanyak 893.608 kali. Pada penutupan perdagangan sesi satu, tercatat sebanyak 67 saham menguat, 616 lainnya melemah, dan 166 sisa stagnan.

Sebagai informasi, BEI sempat menutup sementara perdagangan kala IHSG anjlok 5% pada pukul 11:19 waktu waktu Jakarta Automated Trading System (JATS).

“Dengan ini kami menginformasikan bahwa hari ini, Selasa, 18 Maret 2025 telah terjadi pembekuan sementara perdagangan (trading halt) sistem perdagangan di PT BEI pada pukul 11:19:31 waktu Jakarta Automated Trading System (JATS) yang dipicu penurunan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencapai 5%,” kata Kautsar dalam keterangan tertulisnya, Selasa (18/3/2025).

Ia mengatakan, penutupan sementara dilakukan sesuai surat keputusan Direksi BEI Nomor: Kep-00024/BEI/03-2020 tanggal 10 Maret 2020 perihal Perubahan Panduan Penanganan Kelangsungan Perdagangan di Bursa Efek Indonesia dalam Kondisi Darurat.

“Perdagangan akan dilanjutkan pukul 11:49:31 waktu JATS tanpa ada perubahan jadwal perdagangan,” tutupnya.

Sekretaris BEI, Kautsar Primadi Nurahmad mengonfirmasi penutupan sementara perdagangan pasar modal imbas penurunan IHSG. Ia menjelaskan, IHSG anjlok sejak pukul 11:19 waktu waktu Jakarta Automated Trading System (JATS).

“Dengan ini kami menginformasikan bahwa hari ini, Selasa, 18 Maret 2025 telah terjadi pembekuan sementara perdagangan (trading halt) sistem perdagangan di PT BEI pada pukul 11:19:31 waktu Jakarta Automated Trading System (JATS) yang dipicu penurunan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencapai 5%,” kata Kautsar dalam keterangan tertulis, Selasa (18/3/2025).

Ia mengatakan, penutupan sementara dilakukan sesuai surat keputusan Direksi BEI Nomor: Kep-00024/BEI/03-2020 tanggal 10 Maret 2020 perihal Perubahan Panduan Penanganan Kelangsungan Perdagangan di Bursa Efek Indonesia dalam Kondisi Darurat.

“Perdagangan akan dilanjutkan pukul 11:49:31 waktu JATS tanpa ada perubahan jadwal perdagangan,” tutupnya.

Faktor Penyebab Harga Saham Kolaps

Associate Director Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nicodemus mengatakan faktor yang membuat IHSG ambruk dikarenakan masih banyaknya sentimen negatif dari luar dan dalam negeri.

“Beberapa sentimen yang menjadi perhatian tensi geopolitik yang meningkat karena Putin mau perang lebih lama, pembalasan tarif (Presiden AS Donald Trump) yang lebih besar dari Uni Eropa. Kekhawatiran akan resesi di AS yang terus mengalami kenaikan,” beber Nico dalam keterangannya, Selasa (18/3/2025).

Dari dalam negeri, Nico menyoroti kinerja Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) di mana penerimaan pajak merosot sampai 30% dan defisit mencapai Rp 31,2 triliun dalam dua bulan pertama. Hal itu membuat pasar khawatir utang semakin melebar hingga memilih memindahkan investasinya dari Indonesia.

“Semua khawatir bahwa risiko fiskal kian mengalami peningkatan di Indonesia yang membuat banyak pelaku pasar dan investor pada akhirnya memutuskan untuk beralih kepada investasi lain yang jauh lebih aman dan memberikan kepastian imbal hasil sehingga saham menjadi tidak menarik dan mungkin obligasi menjadi pilihan setelah saham,” ucapnya.

Hal yang sama juga disampaikan Ekonom Universitas Paramadina Jakarta Wijayanto Samirin. Selain itu, penyebab IHSG ambruk juga disebut karena banyak kebijakan pemerintah yang tidak realistis dan tanpa teknokrasi yang jelas.

“(IHSG ambruk) akibat hasil APBN Februari yang buruk dan outlook fiskal yang berat di 2025. Kemudian akibat kebijakan pemerintah yang tidak realistis dan tanpa teknokrasi yang jelas,” imbuhnya.

Banyaknya kasus mega korupsi di Indonesia juga membuat kepercayaan investor turun dan berdampak terhadap kinerja IHSG. Apalagi ditambah adanya protes besar-besaran terkait revisi UU TNI dan kekhawatiran bahwa credit rating Indonesia akan turun.

“Isu-isu baru itu membuat investor takut,” pungkasnya. (tim)

Leave a Reply