Sakit Hati Kepada Penuduh KPU Curang Dibawa Sampai Mati

“Papa sudah kerja mati-matian jadi panitia KPPS tapi kok masih dibilang curang? Suka menuduh KPU ada kecurangan, KPU ada kecurangan kan papa bagian dari KPU Papa sangat sakit hati, kata papa begitu,” ujar Nabila menceritakan pesan terakhir ayahnya sebelum meninggal.

EDITOR.ID, Jakarta,– Kematian sejumlah petugas Panitia Pemungutan Suara (PPS) di berbagai daerah dalam Pemilu 2019 menyisakan kepedihan mendalam. Salah satu yang makin membuat perjuangan mereka seolah tak dihargai ketika mereka sudah mengorbankan nyawa, namun masih ada pihak yang meneriakkan kecurangan kepada Komisi Pemilihan Umum (KPU).

Hal inilah yang terjadi pada almarhum Rudi Mulia Prabowo, Ketua PPS TPS 009 Matraman, Jakarta Timur. Ayah satu putri ini meninggal beberapa hari setelah menjadi penanggung jawab atau Ketua PPS Tempat Pemungutan Suara 009 Matraman, Jakarta Timur.

Kartu Tanda Pengenal Rudi Mulia Prabowo, Ketua PPS TPS 009 Matraman, Jakarta Timur.

Sebelum terenggut nyawanya, Pahlawan demokrasi ini sempat marah dan kecewa dengan pihak-pihak yang menuduh Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan perangkatnya melakukan kecurangan.

Almarhum Rudi tidak terima perjuangannya melaksanakan pemungutan suara di Tempat Pemungutan Suara (TPS) secara jujur dan adil hingga harus mengorbankan jiwa masih dicurigai.

Hal ini disampaikan Inez Nabila Martini, putri dari almarhum Rudi Mulia Prabowo Ketua PPS TPS 009 Matraman, Jakarta Timur, saat menceritakan pesan terakhir Almarhum Rudi pada Program Acara Talk Show Mata Najwa dengan tema Demi Demokrasi di Trans7, 8 Mei 2019.

Diceritakan Inez Nabila Martini, sebelum meninggal papanya sempat marah dan kecewa melihat berita di TV banyak pihak menuduh KPU curang dalam penyelenggaraan Pemilu.

“Papa sudah kerja mati-matian jadi panitia KPPS tapi kok masih dibilang curang? Suka menuduh KPU ada kecurangan, KPU ada kecurangan kan papa bagian dari KPU Papa sangat sakit hati, kata papa begitu,” ujar Nabila menceritakan pesan terakhir ayahnya sebelum meninggal.

Inez Nabila Martini mengatakan pesan ayahnya ini membuat dirinya terpukul dan sakit hati diutarakan pagi hari sebelum meninggal. Nabila menilai kelompok atau orang-orang yang suka menuduh KPU curang tidak punya hati nurani dan tidak manusiawi.

Inez menceritakan bagaimana sang ayah benar-benar menjaga netralitas, kejujuran dan integritasnya demi hasil pemilu yang jujur dan adil.

“Bapak hanya istirahat sebentar, dan mulai lanjut hitung semua surat suara. Bapak yang berpengalaman di antara semua anggota jadi dia yang paling aktif. Bahkan, saat mau ke toilet dia minta aku buat video call ke kotak suara agar tidak terjadi kecurangan,” kata Inez.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Comment moderation is enabled. Your comment may take some time to appear.

%d bloggers like this: