OJK: Selama Pandemi, Sektor Keuangan Alami Tren Positif

Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso

EDITOR.ID – Jakarta, Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso mengungkapkan kinerja positif industri jasa keuangan selama 2021 lalu. Menurutnya, mulai dari sektor perbankan sampai industri keuangan non-bank mencatat hasil yang baik meski di tengah pandemi Covid-19.

Dalam agenda yang turut dihadiri Presiden Joko Widodo ini, Wimboh mengatakan, sektor ekonomi dan keuangan terus dalam proses pemulihan pada masa pandemi dan didukung semakin membaiknya penanganan Covid-19.

“Sektor perbankan selama 2021 semakin menguat di mana pertumbuhan kredit year of year (YoY) mencapai 5,2% dan Rasio kredit bermasalah atau Non-Performing Loan (NPL) semakin terkendali. Dia menjelaskan, NPL pada 2021 berada pada level 3 persen atau turun 0,06% dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar 3,06%,” jelas Wimboh dalam acara Pertemuan Tahunan Industri Jasa Keuangan (PTIJK) dan Peluncuran Taksonomi Hijau Indonesia, melansir CNN Indonesia pada Kamis (20/1).

“Selama 2021 angka restrukturisasi kredit juga mengalami penurunan. Tahun lalu, nilai restrukturisasi kredit sebesar Rp693,6 triliun. Angka ini jauh lebih rendah ketimbang level tertinggi pada 2020 yang mencapai Rp830,5 triliun,” tambahnya.

Winboh menjelaskan OJK sudah meminta kepada sektor keuangan perbankan untuk selalu membentuk pencadangan, sehingga level cadangan terakhir sekitar 14,85% atau Rp103 triliun.

“Permodalan perbankan sudah cukup kuat, yakni sebesar 25,67 persen yang didukung didukung oleh dana masyarakat yang mengalami pertumbuhan sebesar 12,21%,” jelas Wimboh lebih lanjut.

Selain itu, pasar modal juga mengalami perkembangan yang positif, melihat Grafik Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) saat ini berada dalam tren menguat dan sudah berada di level sebelum pandemi Covid-19.

Di level ASEAN, IHSG berada di peringkat kedua setelah indeks SETI (Thailand). Per akhir 2021 tercatat nilai kapitalisasi pasar (market cap) IHSG ada di angka Rp8.252 triliun.

Wimboh mengatakan jumlah investor di pasar modal meningkat pesat. Pada 2021, jumlah investor mencapai 7,5 juta, melonjak 93% dari tahun sebelumnya.

“Penghimpunan dana di pasar modal pun turut meningkat drastis, yakni mengalami kenaikan sebesar 206% dari tahun sebelumnya. Pertumbuhan penghimpunan dana terbaik di Asia-Pasifik yang hanya 171%,” katanya.

kemudian untuk Industri Keuangan Non-Bank juga sama, selama 2021 makin menguat. Permodalan asuransi jiwa mencapai 539,8% dan asuransi umum 327,3% atau jauh di atas batas 120%.

“Sementara gearing ratio pembiayaan pada 2021 adalah 1,9 kali. Jauh di bawah ambang batas 10 kali,” ungkap Wimboh.

Selanjutnya, kredit perusahaan pembiayaan terbilang berada dalam kondisi yang stabil. “Non-Performing Financing (NPF) saat ini sebesar 3,53%. Sebelumnya NPF pada 2020 di atas 5% yang ditopang kebijakan restrukturisasi yang mencapai Rp218,95 triliun atau 5,2 juta kontrak yang merupakan 60,1 dari total pembiayaan” Jelasnya.

Terakhir untuk sektor keuangan digital. Winboh mengatakan, Peer-to-Peer (P2P) lending pada akhir 2021 mencatatkan 29,69 juta peminjam, naik 68,15% dari 2020. Pemodal Supply Chain Financing (SCF) pada 2021 telah mencapai angka 93.733.

“Percepatan akses ini akan terus kami tingkatkan sesuai dengan target Strategi Nasional Keuangan Inklusif sebesar 90 persen pada 2024,” ucap Wimboh. (Gal)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Comment moderation is enabled. Your comment may take some time to appear.

%d bloggers like this: