Jenderal Dudung, Sosok Tegas Tapi Santun

EDITOR.ID, Jakarta,- Sejumlah spanduk Imam Besar Front Pembela Islam (FPI) Rizieq Shihab dicopot sejumlah anggota TNI. Panglima Daerah Komando Militer Jaya (Pangdam Jaya) Mayjen TNI Dudung Abdurachman mengatakan pencopotan itu adalah perintahnya. Siapa Dudung? Bagaimana perjalanan hidup dan kariernya di TNI?

Dudung Abdurachman baru menduduki posisi Pangdam Jaya sejak pertengahan tahun 2020. Ia menggantikan Mayjen TNI Eko yang promosi menjadi Pangkostrad. Karier Dudung di TNI dirintis perlahan. Dudung lahir di tengah keluarga sederhana. Kondisi ekonomi keluarga, ditambah meninggalnya sang ayah membuat Dudung turun tangan membantu cari nafkah dengan mengantar kue dagangan sang ibunda.

“Setelah bapak enggak ada, ibu berjualan kue. Ibu berjualan kue, kerupuk masih mentah, terasi, saya harus nyari kayu bakar di sekitar dekat rumah. Karena kita masak pakai kayu bakar. Saya keliling di rumah-rumah jualan kue,” kata Dudung, dikutip dari wawancaranya bersama Kompas TV, Jumat, 20 November.

Selain berkeliling di lingkungan rumah, Dudung juga mengantar kue-kue dagangan itu ke kantin Kodam 3 Siliwangi di Jalan Aceh, Kota Bandung, Jawa Barat. Pengalaman buruk bersinggungan dengan anggota TNI pernah Dudung alami di sana.

Pengalaman buruk dengan TNI

Kue klepon yang Dudung bawa pernah ditendang seorang tamtama hingga jatuh ke tanah. Namun, di sisi lain, pengalaman itu juga yang memacu tekad Dudung untuk menjadi seorang perwira TNI.

“Jadi saya antar ke Kodam 3 Siliwangi. Saya antar ke kantin karena saya sudah biasa. Karena yang jaga mungkin tamtama baru, dia belum kenal. Padahal saya tiap hari antar kue. Ditendangnya klepon itu. Akhirnya 55 (potong) bubar semua itu, pada gelindng-gelinding. Saya balik lagi minta ke ibu diganti baru.”

“Dari situ saya mulai bangkit. Mulai, awas nanti saya bilang. Saya jadi perwira nanti. Di situlah saya mulai ada cita-cita pengen jadi perwira.”

Di masa SMA, Dudung mencari nafkah dengan menjadi loper koran. Setiap hari ia pergi ke Cikapundung untuk mengambil koran dan mengantarnya ke sejumlah pelanggan. Hal itu Dudung lakukan tiap pagi sebelum berangkat sekolah.

“Jadi saya ikut ngantar koran waktu itu. Yang punya koran itu pak Mulyono. Jadi saya ikut. Jam 3.30 WIB pagi saya udah ke Cikapundung ngambil koran, kemudian saya antar koran.”

“Sebelum saya antar ke pelanggan, saya baca-baca dulu itu. Setelah saya tahu perkembangan, saya tahu situasi dan segala macam isi koran itu.”

Dudung lagi-lagi mendapatkan pengalaman buruk bersama TNI ketika menjadi loper koran. Ia pernah “ditabok” seorang mayor TNI karena telat mengantar koran.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Comment moderation is enabled. Your comment may take some time to appear.

%d bloggers like this: