Jakarta, EDITOR.ID. Arcturus atau Omicron XBB.1.16 dituding varian yang menjadi penyebab meningkatnya kasus Covid-19 di India pada April 2023 baru-baru ini.
Dr Rajendram Rajnarayanan, asisten dekan penelitian dan profesor di Institut Teknologi New York, dikutip oleh Fortune mengatakan vaksin penguat yang menargetkan varian Omicron harus memberi “beberapa perlindungan jika dosisnya baru”.
Dr Rajendram Rajnarayanan mencatat bahwa virus terus berkembang sejak vaksin dirilis tahun lalu.
Dan, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Republik Indonesia memastikan bahwa Covid varian Arcturus atau Omicron XBB.1.16 telah masuk ke Indonesia. Dua pasien kasus Arcturus berasal dari Jakarta.
Melansir dari The Independent, Kementerian Kesehatan India melaporkan kasus Covid-19 aktif per 12 April ada sebanyak 40.215. Angka ini naik 3.122 hanya dalam satu hari.
“Sampai saat ini sudah ada dua kasus (varian Covid Arcturus) yang ditemukan,” demikian kata Juru Bicara Kementerian Kesehatan RI Mohammad Syahril pada Kamis (13/4/2023), seperti yang dilansir dari Antara.
Covid varian Arcturus telah masuk Indonesia, gejalanya bisa meliputi demam tinggi, batuk, pilek, nyeri otot, hingga konjungtivitis.
Sedangkan kasus Covid – 19 saat ini di Indonesia sedang menunjukkan lonjakan. Dari jumlah kasus harian yang hanya berkisar 200 – 400 kasus positif, naik tajam mendekati 1.000 kasus positif per hari.
Oleh sebab itu, untuk mengantisipasi kemungkinan merebaknya varian baru Covid-19 yang disebut sub Covid varian Arcturus, Kemenkes menggencarkan upaya pelacakan dan pemantauan genom virus Covid-19 hingga tingkat kabupaten kota.
Covid Variasi Arcturus
Arcturus adalah salah satu dari 600 sub-varian Omicron. Arcturus disebut juga sebagai subvarian Omicron XBB.1.16. Gejalanya meliputi mata merah gatal.
Pertama kali subvarian ini terdeteksi pada Januari 2023, dan dimasukkan ke daftar varian yang sedang dipantau oleh WHO pada 22 Maret 2023.
Subvarian ini adalah varian rekombinan, hibrida, dari BA.2.10.1 dan BA.2.75, yang merupakan turunan dari varian Omicron BA.2.
Ada sekitar 800 urutan virus dari 22 negara, kata WHO pada 29 Maret. Kebanyakan dari mereka berasal dari India, di mana XBB.1.16 telah menggantikan varian lain yang beredar.
Profil subvarian ini mirip dengan varian XBB.1.5 tetapi memiliki mutasi tambahan pada protein lonjakan, yang dalam penelitian laboratorium menunjukkan peningkatan infektivitas, serta potensi peningkatan patogenisitas, yang mengacu pada kemampuan suatu organisme untuk menyebabkan penyakit.