Fachry Ali Raih Ahmad Bakrie Award XIX Bidang Pemikiran Sosial, Dapat Apresiasi dari Alumni Monash University

Ketua Dewan Redaksi EDITOR.ID, Drs Asri Hadi MA menyampaikan ucapan selamat dan sukses kepada Fachry Ali. Asri dan Fachry Ali sama-sama adalah almamater Program master dari Monash University Australia.

Fachry Ali Bersama Koleganya Sesama Alumni Monash University Asri Hadi Foto Ist

Bang Fachry Ali merupakan kelahiran Aceh, namun pemahamannya mengenai budaya Jawa tidak diragukan lagi. Ia tuntas mempelajari budaya Jawa secara otodidak.

Mengapa? Karena ia bukan penganut budaya Jawa namun mampu memahaminya dengan detil, tidak lain tidak bukan karena membaca berbagai referensi serta “membaca” realitas masyarakat Jawa yang ia amati.

Penguasaannya terhadap budaya Jawa telah menarik minat sejarawan Australia, M.C. Ricklefs untuk menjadikannya sebagai anak didiknya untuk bidang sejarah di Universitas Monash (Monash University) di Australia.

Ceritanya, pada tahun 1989, Bang Fachry Ali diudang karibnya, Prof Fasseur untuk menyampaikan makalah dalam seminar Late Colonial State di Universitas Leiden. Ia menulis makalah berjudul “Masses without Citisenship: A 19th Century Javanese Islamic Protest Movement.”

Makalah tersebut telah menarik perhatian Prof. Fasseur, hingga kemudian beliau menulis surat kepada M.C. Ricklefs , yang intinya, “Kalau anda ingin mencari murid, inilah orangnya.”

Orang yang dimaksud Prof. Fasseur tentu saja adalah Bang Fachry Ali. M.C. Ricklefs kemudian berkirim surat kepada bang Facry Ali dan mengundangnya untuk belajar di bawah bimbingannya. Bang Facry pun berangkat ke Australia dan menempuh studi untuk Master di Monash University, Melbourne.

Fachry Ali juga dikenal sebagai senior Alumni Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI) dan Pengawas Yapmic. (berbagai sumber)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Comment moderation is enabled. Your comment may take some time to appear.

%d bloggers like this: