Fachry Ali Raih Ahmad Bakrie Award XIX Bidang Pemikiran Sosial, Dapat Apresiasi dari Alumni Monash University

Ketua Dewan Redaksi EDITOR.ID, Drs Asri Hadi MA menyampaikan ucapan selamat dan sukses kepada Fachry Ali. Asri dan Fachry Ali sama-sama adalah almamater Program master dari Monash University Australia.

Fachry Ali Bersama Koleganya Sesama Alumni Monash University Asri Hadi Foto Ist

Penghargaan Achmad Bakrie XIX juga akan mengeluarkan lagu tema yang sempat dikompetisikan di media sosial dan mengundang pemenang pencipta lagu, yaitu Adi Mursalin & Alfikar Shaloom Ibrel untuk datang menghadiri acara.

Penerima Bakrie Award Melalui Seleksi Ketat dari Para Pakar Independen dan Tim Freedom Institut

Ketua Penyelenggara Penghargaan Achmad Bakrie XIX, Aninditha Anestya Bakrie mengatakan, penerima penghargaan tahun ini dipilih melalui seleksi ketat tim juri yang terdiri dari tim Freedom Institute, perwakilan Bakrie Group, dan pakar atau konsultan independen.

“Mereka yang terpilih tahun ini adalah orang Indonesia yang selama ini mengabdikan hidupnya untuk berkarya yang bermanfaat bagi orang banyak. Ini sesuai amanah H. Achmad Bakrie tentang keIndonesiaan dan kemanfaatan,” ungkap Ditha.

Co-Founder PAB yang juga Direktur Eksekutif Freedom Institute, Rizal Mallarangeng mengungkapkan setelah melalui diskusi panjang dan pertimbangan yang matang, akhirnya tim juri memberikan penghargaan pada empat tokoh tersebut.

Penghargaan Achmad Bakrie digelar oleh Keluarga Bakrie yang didukung oleh Bakrie Group melalui Bakrie Untuk Negeri, bekerjasama dengan Freedom Institute dan VIVA Group.

Sosok dan Profil Fachry Ali

Fachry Ali adalah sosok alumni cendekiawan Ciputat (UIN Syarif Hidayatullah,red). Fachry juga adalah ilmuwan jebolan Ph.D bidang sejarah politik dari Monash University Australia, bimbingan profesor sejarah yang sangat terkenal Ricklef. Dengan bekal BA dari IAIN Ciputat, ia diundang Ricklef untuk studi MA dan Ph.D di Australia.

Fachry Ali Sosok Komplit, Pemikir Sosial, Cendekiawan

Sebagian besar mahasiswa IAIN Ciputat pertengahan tahun 1970an mengenal Fachry Ali sebagai mahasiswa aktivis sekaligus juga penulis. Tampangnya waktu itu agak “sangar” karena berambut gondrong ikal.

Saat itu ia adalah tokoh teater di kampusnya. Ia kerap mementaskan naskah-naskah drama dari penulis terkenal, dan lebih dari itu Bang Fachry sendiri adalah penulis naskah drama yang handal.

Pria kelahiran Susoh, Blang Pidie, Aceh Selatan, 23 November 1954 ini menjadikan seni sebagai alat sebagai pemberdayaan dan kritik sosial, sehingga judul-judul naskah dramanya mirip dengan judul buku, seperti Metabolika Sosial, Kabar Buruk dalam Sejarah, Sir George Thompel, dan lain-lain.

Kolega Fachry Ali, Purnawan Basundoro Dosen Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Airlangga Surabaya menulis artikel di situs cakrawarta.com membuat tulisan pengalamannya mengenal sosok Fachry Ali.

Fachry Ali Sosok Pemikir dan Banyak Hasilkan Tulisan di Media dan Buku

Menurut Purnawan Basundoro, Fachry dikenal sebagai ilmuan dengan karya tulisan-tulisan dan makalah-makalahnya sebagai pembicara tingkat nasional dan internasional dalam masalah-masalah politik yang selalu challenging dalam pemikiran-pemikirannya. Dan dia telah menulis di media dan buku sejak masih belia umur 20an waktu masih mahasiswa.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Comment moderation is enabled. Your comment may take some time to appear.

%d bloggers like this: