Sumber photo junanto with Samsung NX300
Sumenep memiliki pesona religius yang kaya tingkatan budaya dibanding daerah lain di Pulau Madura. Pasalnya, Kabupaten yang berada di ujung timur pulau Madura itu, memiliki sejarah panjang keberadaan Keraton di masa Kerajaan Majapahit bertahta.
Salah satu peradaban tinggi di masa masuknya Islam ke Madura adalah keberadaan Masjid Jami. Masjid Agung Sumenep ini menjadi salah satu primadona wisatawan religi yang berkunjung ke pulau Madura. Sebagai salah satu dari 10 masjid tertua di Nusantara, Masjid ini menyimpan sejarah ribuan tahun silam. Inilah landmark Pulau Madura. Dibangun pada masa Panembahan Somala, dimulai pada tahun 1779 Masehi dan selesai 1787 Masehi, masjid ini merupakan pilar terpenting bagi Keraton Sumenep.
Untuk mengunjungi Masjid nan eksotis di kota Sumenep itu tidaklah sulit rutenya. Dari Surabaya kita menyeberang ke pulau Madura melintasi Jembatan terpanjang di Indonesia, Suramadu. Setelah menginjakkan kaki di Pulau Madura kita belok ke kanan menuju arah Pamekasan dan Sumenep. Kita harus menempuh perjalanan darat ke arah timur selama kurang lebih 4 hingga 5 jam.
Tapi meski jauh, perjalanan ke Sumenep sungguh berarti, karena di Sumenep, kita bisa melihat Pulau Madura seutuhnya.
Dalam sejarahnya Sumenep didirikan Raden Arya Wiraraja. Ia menjadi Adipati pertama dan dilantik pada tanggal 31 Oktober 1269. Ia adalah seorang ahli strategi yang juga visioner. Bersama Raden Wijaya, Arya Wiraraja mendirikan Kerajaan Majapahit di Jawa Timur. Dari situlah, kemudian Majapahit menjadi kerajaan besar di Nusantara, dan lahirlah Sumpah Palapa.
Sepanjang sejarah, Sumenep menjadi pusat kerajaan di Madura. Tercatat ada lebih dari 35 raja yang pernah memimpin kerajaan Sumenep.
Peninggalan kerajaan tersebut masih dapat dilihat hingga saat ini. Saya mampir ke satu tempat yang memiliki cerita panjang, yaitu Asta Tinggi, atau dalam bahasa Madura dibaca “Asta Tenggih”. Asta berarti pemakaman, dan Tenggih berarti letaknya di dataran tinggi. Untuk mencapai Asta Tinggi memang kita harus naik ke atas terlebih dahulu.
Asta Tinggi juga dikenal dengan sebutan Asta Raje (Asta Pangradje) yang berarti tempat pemakaman pejabat atau pembesar dari Kerajaan Sumenep. Dilihat dari tahun pembuatan, Asta Tinggi dibangun sekitar abad ke-17, atau setelah Islam masuk Sumenep. Di Asta Tinggi ini, kita dapat melihat makam raja-raja yang terkenal dari Sumenep seperti Pangeran Jimad, Bindara Saod, dan Pangeran Panji Pulang Jiwa, Panembahan Semolo, dan Sultan Abdurrahman Pakunatan Ningrat.