Surabaya, EDITOR.ID,- Gubernur Jatim, Khofifah Indar Parawansa meminta seluruh petani tebu dan pabrik gula harus terkonsolidasi, karena 46,25 persen produksi gula nasional dari Jatim.
Hal itu disampaikan gubernur saat Musyawarah Nasional II Dewan Pimpinan Pusat Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (DPP-APTRI) di Hotel Papilio Bestwestern Surabaya, Sabtu (29/3/2022).
“Kami berharap APTRI dan PTPN bisa sinkron, sehingga kita bisa memberikan proteksi terhadap petani tebu. kalau petani tebu panen, Jangan dikirim bersamaan dengan gula yang diimpor. itu harus dikelolah dengan baik, “ katanya.
Menurutnya, persediaan gula di Jatim cukup sampai bulan Mei, dan semoga tidak ada perintah dari pusat untuk menggerakkan gula keluar dari Jatim dan pada akhir Mei Jatim mulai giling tebu.
“Insyaallah kondisinya cukup aman, kita tetap berkoordinasi. Di Jatim, 95 persen petani tebu adalah masyarakat dan itu harus terproteksi, artinya mereka bisa menjadi pengusaha di lingkungan pergulaan, karena perputaran materinya dari tebu,” ujarnya.
Sementara, Ketua Assosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI), Arum Sabil mengatakan, Munas II DPP APTRI diadakan di Jatim, karena Jatim merupakan basis pabrik gula dan petani tebu. “Jatim adalah barometer dan kunci kebangkitan industri gula nasional,†katanya.
Hingga saat ini menurutnya, luas areal tanaman tebu di seluruh Indonesia sekitar 415 ribu ha, sementara luas areal tanaman tebu di Jatim baik yang tercatat maupun mandiri sekitar 225 ribu ha, artinya tebu di Jatim lebih 50 persen dari total luas lahan tebu di Indonesia.
“Produksi gula nasional rata-rata setiap tahunnya sekitar 2,2 juta ton. Produksi gula di Jatim sekitar 1,1 juta ton untuk tahun ini,†ungkapnya. (diki)