Jakarta, EDITOR.ID,- Kasus tewasnya Putu Satria Ananta Rustika (19), Taruna kedinasan Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) Jakarta yang meninggal dunia usai mendapat kekerasan dari seniornya, kini sudah jadi sorotan nasional. Di acara ngaben jasad Putu Satria, warga memajang baliho berisi tampang Tegar, siswa senior yang memukuli Putu Satria hingga tewas.
Keluarga Putu Satria masih tak percaya dan meradang setelah putra mereka tewas dianiaya siswa senior saat ikut pendidikan di kampus STIP Jakarta. Mereka menuntut sekolah kedinasan Kementrian Perhubungan itu ditutup.
Dikutip dari Kompas TV, permintaan tersebut disampaikan keluarga korban buntut tewasnya Putu Satria karena dianiaya oleh seniornya.
“Saya pribadi jelas menuntut pelaku dihukum seberat-beratnya, juga agar STIP ditutup,” kata Satya, sepupu dari Putu Satria Ananta Rustika (19) taruna yang dianiaya hingga tewas, dikutip dari Kompas.com pada Rabu (8/5/2024).
Menurut Satya, sudah selayaknya STIP ditutup karena peristiwa tindak kekerasan kerap terjadi berulang kali di kampus ini.
Satya membeberkan, banyak dari alumni STIP yang ikut membagikan pengalaman buruknya mengenai budaya senioritas di kampus selama menjalani masa pendidikan.
“Ini bukan kali pertama, kemarin banyak yang DM (Delivery Message) saya cerita kaya gitu juga (mendapat kekerasan dari senior),” ujar Satya.
beberapa alumni mengakui sempat mengalami tindak kekerasan dari para seniornya sama seperti Putu Satria saat menjalani pendidikan di STIP.
Salah satu dari alumni mengaku bahwa dirinya pernah dipaksa menelan duri ikan, serta dilukai tangannya menggunakan garpu. Karena tidak kuat dengan perlakuan seniornya, alumni tersebut akhirnya memutuskan untuk berhenti mengenyam pendidikan atau keluar dari STIP.
Selain itu, alumni lain juga bercerita bahwa kepalanya pernah disundut rokok hingga terluka oleh alumni STIP. “Saya dulu aja waktu praktik kena kekerasan sama alumni STIP, kepala saya disundut rokok,” kata salah seorang alumni yang namanya tak mau disebutkan pada Selasa (7/5/2024).
Kini Putu Satria dimakamkan menggunakan ritual adat Ngaben. Upacara pengabenan Putu Satria dilaksanakan, Jumat 10 Mei 2024. Ribuan warga mengiringi jenazah dari rumah duka hingga menuju ke Setra Desa Adat Gunaksa.
Sesampai di Setra (kuburan) Adat Gunaksa, terpajang baliho berukuran 4 meter X 6 meter yang memajang wajah dari pelaku utama yang melakukan pemukulan terhadap Putu Satria. Baliho itu dipasang, Kamis malam 9 Mei 2024 oleh rekan-rekan satu kampung Putu Satria.
“Ini ide dari kami, biar masyarakat tau ini wajah pembunuh saudara-saudara kami,” ujar seorang pemuda dari Desa Gunaksa, Kadek Kariyasa, Jumat 10 Mei 2024.