Nadiem Pantaskah Jadi Menteri?

Oleh : Edi Winarto

Dosen/ Staf Pengajar STIKOM Interstudi, Jakarta

Nadiem Anwar Makarim kini menjadi ikon anak milenial yang telah menembus budaya politik negeri ini yang selalu berpandangan kolot. Kalau menteri itu harus berlatar belakang dari teknis. Namun pandangan yang bertahun-tahun menjadi tembok yang membelenggu kreativitas dan inovasi anak bangsa itu kini dijebol oleh perubahan.

Perubahan zaman, perubahan pola, budaya, perubahan apa saja dalam kehidupan kita adalah sebuah keniscayaan. Sebagaimana pidato Joko Widodo saat memenangi Pemilihan Presiden 2019.

Jokowi mengatakan dunia sedang mengalami perubahan yang cepat. Maka siapa yang tidak cepat beradaptasi dengan perubahan ia akan ditinggalkan. Jokowi berjanji tidak ada lagi zona nyaman bagi pejabat. Jika masih mengikuti cara kerja lama dan tak bisa mengikuti perkembangan, akan dicopot.

Tidak ada lagi pola pikir lama! Tidak ada lagi pola kerja linier yang hanya rutinitas, tidak ada lagi kerja monoton yang begitu-begitu saja. Tidak ada lagi kerja di zona nyaman. Penyakit kita ada di situ. Kita harus berubah. Kita harus bangun nilai-nilai baru dalam bekerja.

Persaingan global di depan mata, hanya bisa dihadapi dengan sumber daya manusia yang adaptif dan mau berubah.

Kini Jokowi membuktikan ucapannya. Menempatkan Nadiem Makarim di Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan adalah kunci utama ia membangun Sumber Daya Manusia dan Peradaban baru.

Kenapa? Jokowi ingin memulai dari sini. Mengubah budaya dan sistem kerja di Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan yang selama ini terkesan zona nyaman dan linier.

Padahal kementrian ini mengurus 300 ribu sekolah dengan 50 juta siswa. Mereka adalah generasi masa depan. Jika tidak dibenahi gurunya maka juga akan berpengaruh pada pola pikir siswanya.

Seorang menteri tidak hanya dibutuhkan kecakapan pengetahuannya semata, namun juga memiliki talenta manajerial. Apalagi jika sosok tersebut memiliki value added. Berpikir cepat, taktis dan strategis.

Dan Jokowi yang sangat jeli melihat itu ada pada diri Nadiem. Tentu tidak mudah bagi sosok Nadiem merintis GoJek. Mengelolanya hingga menjadi raksasa yang setara dengan Aplikasi Ride-Sharing Terbesar Dunia.

Per semester 1/2019, aplikasi dan ekosistem Gojek telah diunduh oleh lebih dari 155 juta pengguna, dengan lebih dari 2 juta mitra pengemudi, hampir 400.000 mitra merchants, dan lebih dari 60.000 penyedia layanan di Asia Tenggara (Bisnis Indonesia, 29 Agustus 2019)

Ibarat pelatih sepak bola Jokowi mampu membaca talenta Nadiem sejak awal. Bocah ajaib yang usianya kala itu belum genap 35 tahun sudah mengguncangkan dunia.

Aplikasi GoJek yang dikembangnya menjadi Decacom. Ia mengurusi sedikitnya 2 juta Driver online yang beroperasi di jalanan dengan sistem dan pengelolaan manajemen digital yang terorganisasi secara rapi dan presisi.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Comment moderation is enabled. Your comment may take some time to appear.

%d bloggers like this: