Memahami Jejak Langkah Danantara, Inspirasi Sang Begawan Ekonomi

Ilustrasi: Begawan Ekonomi Indonesia Prof Soemitro Djojohadikoesoemo (Kiri) dan Presiden RI Prabowo Subianto sang Penggagas Danantara (Kanan)

Oleh : Edi Winarto
Penulis Adalah Pemimpin Redaksi EDITOR.ID

Kelahiran super holding Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Badan Pengelolaan Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara) bukan sekadar kepentingan konsolidasi modal dan aset semata. Lebih dari itu, Danantara bagian dari mahakarya gagasan dan inovasi pemerintahan dibawah komando Presiden Prabowo Subianto untuk mendorong pembangunan ekonomi yang transformatif dan berkelanjutan.

Danantara dirancang Prabowo Subianto dengan misi untuk mengubah cara kita mengelola kekayaan bangsa. Yakni dengan mengoptimalkan investasi, aset BUMN dan sumber pendanaan lainnya. Ini adalah langkah yang sangat spektakuler untuk memastikan bahwa aset-aset negara bisa dimanfaatkan secara maksimal.

Karenanya, Prabowo Subianto ingin menjadikan Danantara sebagai garda terdepan dalam membangun kekuatan ekonomi dan dana investasi yang menjadi energi kekuatan masa depan Indonesia.

Selain kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia yang menjadi target Prabowo, kehadiran Danantara didesain bagaimana kekayaan negara dikelola dan dihemat untuk anak dan cucu kita.

Konsep Ekonomi Prof Soemitro dan Danantara

Kelahiran Danantara terinspirasi dari konsep pembangunan ekonomi yang menjadi ide brilian begawan ekonomi Indonesia, Prof Soemitro Djojohadikusumo. Filosofi ekonomi yang berlandaskan pada pentingnya pembangunan ekonomi baik dalam konteks regulasi, pembangunan infrastruktur, maupun dalam mendorong pertumbuhan sektor swasta yang berorientasi pada kepentingan nasional.

Danantara boleh dikatakan sebagai solusi nyata dalam menghadapi tantangan ekonomi. Karena Prof. Soemitro Djojohadikoesoemo dikenal memiliki konsep ekonomi dengan pendekatan pragmatis. Ia percaya bahwa kebijakan ekonomi harus didasarkan pada analisis yang kredibel dan mempertimbangkan konteks nyata, bukan hanya berdasarkan teori atau ideologi yang kaku.

Pemikiran Prof. Soemitro Djojohadikoesoemo tidak hanya relevan pada masanya, tetapi juga memberikan landasan pemikiran yang kuat untuk menghadapi tantangan ekonomi global dan perlunya pembangunan yang berkelanjutan dan berkeadilan.

Prabowo dalam buku Paradoks Indonesia dan Solusinya, berkali-kali mengingatkan bahwa pembangunan ekonomi Indonesia masih tertinggal dengan Malaysia. Negeri jiran itu sudah bisa membuat mobil nasional sendiri pada 1983. Pendapatan per kapita orang Malaysia tiga kali lebih tinggi dibanding orang Indonesia. Semua itu, menurut Prabowo, terwujud karena pemerintah mengendalikan ekonomi melalui BUMN.

Dalam mendirikan Danantara, Prabowo juga terinspirasi oleh cara yang dilakukan Deng Xiaoping dalam membangun ekonomi Cina pada 1978-1989. Deng Xiaoping membangun ratusan BUMN untuk mengolah sumber daya alam mereka. Kini 82 perusahaan negara Tiongkok berada dalam daftar Fortune Global 500.

Mimpi Sang Ayah

Danantara menjadi wujud dari mimpi sang ayahanda Prabowo Subianto, yakni begawan ekonomi Soemitro Djojohadikusumo. Semasa hidupnya, Prof Soemitro pernah bercita-cita ingin membentuk sebuah badan seperti investment trust sekaligus penjamin investasi (guarantee fund).

Sayangnya gagasan brilian Sumitro saat itu kurang direspon pemerintahan Orde Baru. Uniknya yang justru mengeksekusi ide Soemitro adalah pemerintah Malaysia dengan melahirkan Khazanah Nasional Berhad. Super holding ini berdiri pada 1993 oleh Mahathir Mohamad dengan tokoh kuncinya Ismail Sabri Yaakob dan Amirul Feisal Wan Zahir.

Khazanah berinduk kepada Kementerian Keuangan Malaysia. Ia memiliki sejumlah anak usaha, sebut saja Telekom Malaysia, Tenaga Nasional, Malaysia Airports, Malaysia Airlines, dan UEM Group.

Kini, setelah sekian lama, impian Prof Soemitro Djojohadikoesoemo, akhirnya terwujud. Prof Soemitro selalu menekankan pembangunan ekonomi tidak hanya berorientasi pada pertumbuhan sesaat, tetapi harus berkelanjutan, memperhatikan aspek sosial dan lingkungan untuk kepentingan generasi mendatang

Kelahiran Danantara membuktikan pentingnya keterbukaan terhadap kerjasama ekonomi internasional, termasuk investasi asing, transfer teknologi, dan perdagangan internasional.

Makna Danantara, Energi Masa Depan

Prabowo mengisahkan soal makna dari arti Danantara saat meluncurkan super holding BUMN tersebut di Istana Kepresidenan Jakarta, pada 24 Februari 2025 silam. Daya berarti energi atau kekuatan, sedangkan anagata berarti masa depan. Jika dirangkai, maka Danantara bisa diartikan energi atau kekuatan masa depan untuk Tanah Air Indonesia.

Danantara dilahirkan untuk mengurangi ketergantungan pada anggaran negara. Caranya dengan mengalihkan pada investasi modal yang berasal dari sumber daya alam dan aset negara non Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) ke dalam proyek-proyek berkelanjutan.

Dalam jejak langkah awalnya, Danantara menjadi pengelola aset tujuh BUMN raksasa, yakni PT Bank Mandiri Tbk, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk, PT PLN (Persero), PT Pertamina (Persero), PT Bank Negara Indonesia Tbk, PT Telkom Indonesia Tbk, dan PT Mineral Industri Indonesia (Persero) atau MIND ID.

Dengan mengkonsolidasikan aset-aset BUMN, pembentukan lembaga ini ditugasi meningkatkan efisiensi dan integrasi dalam pengelolaan sumber daya. Yang juga diharapkan dapat menciptakan sinergi antara berbagai BUMN sehingga mereka dapat bekerja sama dalam proyek-proyek yang lebih besar.

Tak tanggung-tanggung Danantara memegang amanah, mengelola kekayaan atau asset under management (AUM) lebih dari USD 900 miliar atau setara Rp 14.724 triliun. Angka ini menunjukkan potensi besar yang dimiliki lembaga ini, dan jika dikelola dengan baik, akan memberikan dampak positif bagi perekonomian nasional.

Karena dengan keberadaan Danantara, targetnya akan ada peningkatan dalam investasi, penciptaan lapangan kerja, dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

Model pengelolaan Danantara, jika melansir laman Indonesia.go.id, disebut mengacu pada konsep Temasek Holdings Limited milik Singapura dan memiliki peran serupa dengan Indonesia Investment Authority (INA).

Namun, cakupan Danantara lebih luas karena tidak hanya mengelola aset tertentu, tetapi juga mengonsolidasikan aset-aset pemerintah yang tersebar di berbagai kementerian agar lebih terintegrasi dan efisien.

Jajaran Pengelola Danantara Bersama Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka Sumber Foto: Tangkapan Layar Instagram @danantara.indonesia

Tak Sekadar Kelola Investasi, Danantara Dukung Berbagai Proyek

Danantara tidak hanya berfokus pada pengelolaan aset semata, tetapi juga pada investasi dalam proyek-proyek berkelanjutan. Karena dengan dengan dukungan regulasi yang kuat, Danantara diharapkan bisa beroperasi secara efektif dan efisien.

Pembentukan Danantara sendiri tidak terlepas dari perubahan ketiga Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang BUMN. Revisi ini disahkan DPR pada 4 Februari lalu dan mencakup pengaturan tugas serta fungsi Danantara sebagai Badan Pengelola Investasi.

Berbagai program disupport. Dengan memanfaatkan sumber daya alam dan aset negara, Danantara mendukung program hilirisasi sumber daya yang saat ini menjadi fokus pemerintah Indonesia sejalan dengan pemikiran Prof. Soemitro mengenai pentingnya industrialisasi, pemanfaatan teknologi dan peningkatan nilai tambah ekonomi.

Danantara juga berkomitmen untuk mendukung pendidikan dan pengembangan sumber daya manusia sebagai kunci keberhasilan pembangunan ekonomi jangka panjang.

Danantara berusaha membiayai berbagai usaha demi memperbesar pendapatan per kapita dan menaikkan produktivitas per kapita dengan jalan menambah peralatan modal dan skill. Karena peralatan modal dan skill (kemampuan) merupakan faktor penting dalam menciptakan pembangunan ekonomi suatu negara.

Himpun Investasi dari Mitra Asing Rp112,7 Triliun

Baru-baru ini Danantara sukses membawa pulang investasi senilai US$ 10 miliar atau setara Rp 162 triliun dari perusahaan energi terbesar di Arab Saudi, ACWA Power. Penandatanganan nota kesepahaman (MoU) kemitraan strategis dilakukan oleh Vice Chairman and Managing Director, Raad Al Saady dan CEO Danantara Rosan Roeslani.

Pendanaan tersebut untuk mendukung pengembangan utilitas energi terbarukan di Indonesia. Menurut Rosan, kesepakatan ini akan memperkuat kemitraan strategis kedua negara, mendorong inovasi dan investasi di sektor energi, serta mendukung visi net zero emissions 2060.

Danantara telah menjadi kekuatan ekonomi baru Indonesia. Sejak diluncurkan Prabowo pada akhir Februari 2025 lalu, Danantara telah berhasil menggaet kerja sama investasi dengan total nilai investasi menembus US$ 7 miliar atau sekitar Rp 112,7 triliun. Kerja sama dilakukan dengan sejumlah negara seperti Qatar, Rusia, China, hingga Australia

Langkah demi langkah ke depan terus dilakukan. Danantara terus bergerak mendukung puluhan proyek strategis, yang diharapkan berkontribusi menggenjot pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 8 persen dalam jangka waktu lima tahun mendatang. Sejalan dengan target Presiden Prabowo Subianto.

Bukti konkrit dari goodwill Prabowo ini menunjukkan komitmen pemerintah untuk mengembangkan sektor investasi dan memanfaatkan potensi ekonomi yang ada di Indonesia.

Oleh sebab itu Danantara bakal menjadi legacy Prabowo sebagai upaya mewujudkan impiannya, menciptakan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, bukan hanya segelintir orang. Hal ini mencakup mobilitas vertikal dalam masyarakat dan pemerataan akses terhadap kesempatan ekonomi.

Apa pun tujuan Prabowo terkait pembentukan Danantara, entah mewujudkan mimpi besar sang ayah atau demi anak cucu bangsa ini ke depannya, selama semua itu demi kebaikan bangsa ini, maka hal tersebut tidak bisa dinegasikan. (**)

Leave a Reply