Jusuf Hamka Ancam Polisikan Stafsus Yustinus Prastowo Jika Paling Telat 20 Juni Tidak… Soal Apa Itu

Maqdir sesumbar jika Staf Khusus Kemenku itu tidak meminta maaf maka kliennya bakal melaporkan Prastowo ke polisi atas tuduhan pencemaran nama baik.

Jusuf Hamka Bos Jalan Tol

Dalam podcast bersama Denny Sumargo beberapa waktu lalu, Babah Alun mengungkapkan bahwa dirinya berasal dari keluarga yang sederhana namun punya mimpi yang besar.

Babah Alun Berasal dari Keluarga Sederhana

Mohammad Jusuf Hamka mengaku bahwa ia berasal dari keluarga yang sederhana. Lahir dengan nama Alun Joseph, ayahnya bekerja sebagai dosen sementara ibunya adalah seorang guru. Babah Alun juga pernah memiliki cita-cita untuk menjadi tukang parkir saat duduk di bangku sekolah. Hal itu karena ia melihat temannya yang mendapatkan uang hanya karena menjadi juru parkir.

Babah Alun mengaku bahwa uang jajannya terbatas sehingga ia mencoba mencari pekerjaan di usia belia. Usaha pertamanya yakni jualan kacang goreng di daerah Masjid Istiqlal, Jakarta Pusat. Ia mengaku tidak malu karena satu hal yang diingatnya bahwa ‘gengsi makan biaya’.

“(Pemikiran mau dagang) itu dari ke pengen jajan lebih itu. Mau beli permen karet, rasa malu belum ada karena umur 15 tahun. Belum ke pengen sama gadis gitu,” ungkap Babah Alun dikutip Zigi.id dari YouTube Curhat Bang Denny Sumargo dengan judul ‘Kaya Raya Tapi Tidur di Atas Jamban’.

Di usia 17 tahun, Babah Alun telah bermimpi menjadi orang kaya. Hal itu membuatnya mencari sebuah buku tentang tata cara menjadi orang sukses. Setelah mempelajari apa yang ada di berbagai buku tentang kesuksesan, Babah Alun mencoba mengejar mimpinya agar menjadi orang kaya.

“Ambisi itu perlu, mimpi itu perlu. Tapi jangan biarkan mimpi itu kececer di jalanan. Bikin mimpi itu jadi kenyataan,” sambungnya.

Babah Alun Kuliah dan Mulai Berbisnis

Babah Alun pernah mengenyam pendidikan di beberapa perguruan tinggi mulai dari Fakultas Hukum Universitas 17 Agustus 1945, hingga FISIP Universitas Jayabaya pada tahun 1980. Namun, ia tidak pernah menuntaskan sekolahnya tersebut dengan alasan dia tidak suka formalitas.

Setelah itu, dia pernah ditolak oleh beberapa perusahaan dan akhirnya memutuskan pulang ke Samarinda, tempat keluarganya berasal. Di sana, ia bekerja sebagai seorang sopir traktor pembuat jalan untuk pabrik Plywood dengan gaji sebesar Rp750 ribu per bulan.

Sejak kecil, Babah Alun telah tertarik dengan agama Islam. Ia pun bercita-cita masuk Islam di Masjid Al-Azhar. Tak disangka, bahwa keinginannya itu membuat Babah Alun bertemu dengan Buya Hamka. Dia mengangkat Babah Alun sebagai anak biologisnya dan diberi nama belakang ‘Hamka’. Jusuf Hamka resmi menjadi mualaf diumur 23 tahun pada tahun 1981 di Masjid Al-Azhar.

Awalnya meminta izin kepada Ibundanya, Jusuf Hamka tidak langsung memeluk agama Islam. Namun niatnya baru terlaksana setahun kemudian, karena masih beberapa hal yang dipertimbangkan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Comment moderation is enabled. Your comment may take some time to appear.

%d bloggers like this: