EDITOR.ID, Jakarta,- Baru beberapa hari menjabat Menteri Sosial, nama Tri Rismaharini kini sudah melambung dan selalu menjadi buah bibir sejumlah kalangan dibandingkan pamor menteri pembantu Presiden Joko Widodo lainnya.
Gara-garanya aksi dia melakukan blusukan ke sudut jalan utama ibukota, Jakarta menemui gelandangan dan orang miskin. Aksi Risma ini kemudian dikritik dan dijadikan polemik.
Blusukan yang dilakukan Risma dengan penuh ketulusan, apa adanya dan keluguan ini justru dibaca beragam dari politisi dan tokoh seperti Fahri Hamzah, Fadli Zon, Ridwan Saidi, Musni Umar. Mereka menganggap blusukan Risma adalah pencitraan dan diseting.
Bahkan ada yang berpandangan ekstrim. Mereka mencurigai blusukan Mensos Bu Risma, Tri Rismaharini akrab disapa, ke sudut kota Jakarta dicurigai punya agenda tertentu. Kecurigaan mereka didasarkan karena kebetulan blusukan Bu Risma dilakukan di Jakarta.
Akibatnya mereka menyeret-nyeret blusukan tersebut dengan isu politik. Menuduh blusukan Risma bagian dari strategi menuju bursa calon Gubernur DKI Jakarta. Risma dicurigai sengaja mendatangi kantong-kantong kemiskinan di Jakarta untuk menunjukkan ke publik bahwa di era Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan memimpin saat ini, rakyat miskin di DKI masih banyak.
Akibatnya, Bu Risma menjadi bulan-bulanan tudingan melakukan pencitraan, tudingan tidak menjalankan tugasnya sebagai Menteri Sosial sesuai pandangan mereka yang harus duduk di belakang meja sambil menghitung dana APBN, dan sejumlah tuduhan lainnya.
Yang jelas para pengkritik Risma umumnya tidak sepakat Risma blusukan ke warga miskin dan berdialog dengan mereka. Risma dianggap tidak menjalankan tugas menteri yang tidak sekadar mendatangi orang miskin di jalanan.
Awalnya Bu Risma diam saja tak mau menanggapi nyinyiran para politisi oposan dan pengamat. Namun lama-lama Risma jadi terkenal dan jadi bahan pergunjingan.
Untuk mengklarifikasi kebiasaannya mendatangi orang miskin, Risma akhirnya angkat bicara. Risma membeberkan apa adanya terkait tudingan dirinya melakukan rekayasa blusukan di Jalan MH Thamrin, Jakarta, beberapa waktu lalu.
Risma mengaku sejak menjadi PNS ia memiliki kebiasaan mendatangi warga yang susah karena kemiskinan, tak bisa menyekolahkan anaknya atau sedang sakit tapi tak punya biaya.
Hal itu merupakan kebiasaan yang telah dilakukan Risma setiap hari. Ia selalu melakukan perjalanan ke kantor dengan melewati rute yang berbeda untuk sekedar menjenguk orang miskin dan orang susah. Itu dilakukan sejak menjadi PNS.
“Jadi kalau saya berangkat itu kalau hari ini lewat sini, pasti saya akan mencoba tempat lain. Jadi bukan jadi Menteri Sosial pun saya selalu perhatikan orang-orang seperti itu (PMKS)” jelasnya.
“Jadi nggak ada saya niatan, untuk nyetting-nyetting itu, orang kerja saja sudah capek, gimana nyetting-nyetting segala,” ujar Risma di sela kunjungan ke Balai Rehabilitasi Sosial eks Gelandangan dan Pengemis (BRSEG) Pangudi Luhur, Kota Bekasi, Jawa Barat, Jumat (8/1/2020).
Mantan Wali Kota Surabaya itu juga menganggap aneh kepada orang yang telah menuduhnya bahwa blusukan itu setingan dirinya. Pasalnya, usai blusukan itu, banyak pemberitaan pengakuan seorang kakek yang mengaku sebagai pria tua yang ditemui Risma.
Kakek yang konon ditemuinya itu bernama Nursaman itu mengaku masih memiliki keluarga yang berkecukupan. Padahal Nursaman ini hanya mengaku-ngaku dan menyebar berita bohong. Karena di lokasi itu, Risma tak pernah bertemu Nursaman.
Informasi yang benar Risma mengunjungi kakek bernama Kustubi. Bahkan Risma menengok lagi Kakek Kustubi yang dia kirim ke Panti Pangudi Luhur usai ditemuinya di Jalan MH. Thamrin karena terlantar tak punya tempat tinggal.
Risma menyatakan, dirinya tak kenal jalanan Jakarta, sehingga tidak mungkin melakukan rekayasa saat melakukan blusukan.
“Saya gimana bisa nyetting itu. Saya tuh ndak kenal, saya mau ke Jakarta ndak tahu mau ke mana.”katanya.
“Maksudnya, saya nggak hafal jalannya. Ya gimana saya mau nyetting gitu ya,” ujar Risma kepada wartawan.
Menanggapi pertanyaan sejumlah pihak mengenai keberadaan tunawisma di kawasan Sudirman-Thamrin, Jakarta Pusat, Kepala Bagian Publikasi dan Pemberitaan Kementerian Sosial (Kemensos), Herman Koswara blusukan Mensos Tri Rismaharini memang menemukan sejumlah tuna wisma di jalan Protokol di Jakarta.
Menurut Herman, dua orang tunawisma yang ditemukan Mensos Tri Rismaharini di Thamrin saat ini sudah dikirim untuk menjalani latihan keterampilan kerja di Balai Rehabilitas Sosial eks Gelandangan dan Pengemis (BRSEG) Pangudi Luhur, Bekasi.
“Iya mereka ada di Balai. Kalau mau lihat di Balai, silakan datang ke Pangudi Luhur di Bekasi,” ujar Herman, Kamis (7/1/21).
Herman pun menanggapi pernyataan Wakil Gubernur DKI Jakarta, Riza Patria yang mengaku baru mengetahui ada tunawisma di Sudirman-Thamrin. Herman menyatakan bahwa temuan Kemensos di Thamrin secara faktual memang masih mendapati beberapa orang tunawisma.
“Kita mendapati temuannya seperti itu, dan memang faktanya seperti itu,” tegasnya.
Sebelumnya, dalam blusukan Risma pada Senin (4/1/21) lalu, ia bertemu dengan tiga orang tunawisma. Ketiga tunawisma itu bernama Faisal, Kastubi, dan Fitri.
Melalui keterangan resminya, hanya Faisal dan Kastubi yang kooperatif mengikuti imbauan Risma untuk dibawa ke BRSEG Pangudi Luhur Bekasi. Sedangkan Fitri dikabarkan kabur ketika hendak dijemput oleh tim Kemensos dan dibawa ke Pangudi Luhur.
Perlu diketahui, di media sosial, aksi blusukan Risma menuai polemik karena muncul dugaan adanya pengaturan atau setting-an sebelum dilakukan. Publik pun memberi beragam komentar, termasuk kritikan pedas untuk Risma.
Bahkan hingga Kamis (7/1/21), nama Risma masih bertengger dengan lebih dari 5.000 orang membuat twit dengan tagar #RismaRatuDrama. Sejumlah warganet menganggap aksi blusukan Risma merupakan pencitraan yang tidak diperlukan dan tidak tepat sasaran. Mereka juga mendesak Risma dapat melakukan hal yang lebih signifikan dalam memperbaiki kesejahteraan rakyat Indonesia, dan bukan hanya fokus beraksi “mengobok-obok” Jakarta. (tim)