EDITOR.ID, Jakarta,- Syekh Syaikhona Muhammad Kholil selain dikenal sebagai ulama legendaris di Bangkalan, Madura, beliau adalah Wali dan tokoh besar nasional. Makamnya sangat ramai diziarahi.
Bahkan terungkap Syekh Syaikhona Muhammad Kholil atau akrab disapa mbah Kholil
merupakan guru bagi sejumlah pahlawan yang ada di Indonesia.
Beliau bahkan pernah meniup ubun-ubun Bung Karno. Karena itu, NasDem menilai ulama besar asal Bangkalan, Madura, Jawa Timur itu layak mendapatkan gelar sebagai pahlawan nasional.
Imam Besar Masjid Istiqal KH Nasaruddin Umar mengatakan pemberian gelar pahlawan nasional kepada Syaikhona Kholil merupakan hal yang layak dilakukan.
“Syaikhona ini luar biasa. Layak untuk mendapatkan apresiasi dari negara mengingat jasa-jasanya,” ujar Nazaruddin Umar dalam seminar nasional bertema ‘Syaikhona Kholil: Pejuang Kultural, Guru Para Pahlawan Nasional’. Seminar diselenggarakan oleh Fraksi Partai NasDem MPR RI di gedung DPR/MPR RI, Jakarta, Kamis (14/10/2021).
Hadir sebagai narasumber Imam Besar Masjid Istiqlal antara lain Kiai Nasaruddin Umar dan Ketua Tim Pengusul dari Yayasan Syaikhona Kholil, Muhaimin sebagai pembicara. Terlihat juga sejumlah petinggi Partai NasDem antara lain Ketua Fraksi NasDem MPR Taufik Basari.
Kemudian, Sekretaris Fraksi NasDem MPR Syarif Abdullah Alkadrie, Wakil Ketua Fraksi NasDem DPR Willy Aditya, Ketua DPP NasDem Effendy Choirie dan Ketua DPW NasDem Jawa Timur Sri Sajekti Sudjunadi.
“Dia menjadi guru dari para pendiri pondok pesantren besar di Indonesia. Bahkan dia juga pernah menjadi guru sejumlah pahlawan,” tambah Nazaruddin.
Dia juga menuturkan sosok Syaikhona Kholil memiliki kedekatan dengan Proklamator Bangsa, Bung Karno. Syaikhona Kolil bahkan pernah mengusap kepala Bung Karno dan turut mendoakan langsung dengan meniup ubun-ubun kepala Bung Karno.
“Jadi saya kira banyak sekali karya-karya dan jasa beliau yang perlu mendapatkan apresiasi dari bangsa dan negara.”
“Apa yang dilakukan di sini bagian dari upaya itu,” kata Nasaruddin.
Mbah Kholil Dekat dengan Bung Karno
Dilihat dari masa hidupnya, zaman Bung Karno dengan KH Syaikhona Kholil Bangkalan Madura sebenarnya berbeda generasi. Ulama yang biasa disebut dengan Mbah Kholil ini meninggal pada tahun 1925, atau kala Bung Karno masih kuliah di Technische Hoogeschool te Bandoeng (sekarang ITB) di Bandung.
Sebenarnya kedua tokoh ini, Bung Karno dan Mbah Kholil nyaris tidak bersinggungan. Dunianya pun berbeda. Mbah Kholil bergelut di bidang pesantren dengan santri dari berbagai penjuru Nusantara, sementara Bung Karno masih meniti karir sebagai seorang aktivis muda dengan idealismenya tentang kemerdekaan.
Namun tak banyak yang tahu jika di kala masih muda, Bung Karno pernah sowan atau datang ke kediaman Mbah Kholil di Bangkalan, Madura.
Mbah Kholil Tiup Ubun-Ubun Bung Karno dan Pesan Akan Jadi Orang Besar
Sebagaimana diceritakan dalam Buku ?H. M. Kholil Bangkalan Biografi Singkat 1835-1925?, KH As?ad Samsul Arifin asal Situbondo menyebut bahwa Mbah Kholil memegang kepala Bung Karno dan meniup ubun-ubunya. Tiupan itu menurut KH As?ad sudah cukup untuk menunjukkan bahwa Mbah Kholil mengakui Bung Karno sebagai salah satu muridnya.
Cerita lain menyebutkan bahwa Bung Karno semasa mudanya pernah diajak HOS Tjokroaminoto pergi ke Kiai Kholil di Bangkalan Madura. Waktu itu Kiai Kholil memegang kepala Bung Karno menitipkan pesan kepada HOS Tjokroaminoto untuk menjaga Bung Karno karena anak muda yang dibawanya itu nanti akan menjadi orang besar.
Ternyata ucapan Kiai Kholil itu menjadi kenyataan, dan sejarah membuktikan hal ini bahwa Bung Karno ternyata menjadi Pemimpin Besar Bangsa Indonesia,? tulis Solichin Salam dalam artikelnya yang diterbitkan di Berita Buana, 8 Juni 1988, yang kemudian dibukukan dalam judul Soekarno-Hatta.
Bung Karno Minta Tolong Mbah Kholil
Sementara itu, cerita terbaru tentang hubungan Bung Karno dan Mbah Kholil disampaikan Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Kholil, KH Zubair Muntasor yang tak lain adalah cucu Mbah Kholil.
Kiai Zubair menceritakan saat kakeknya masih hidup, pernah didatangi oleh Bung Karno. Kala itu, Bung Karno meminta doa ke Mbah Kholil agar orang tuanya diberi kesehatan, lantaran penyakitnya yang lama tak kunjung membaik.
“Mbah Kholil akhirnya ambilkan sebotol air, dibacakan doa. Lalu Bung Karno disuruh membawanya dan disuruh membuangkan air itu di tengah-tengah perjalannya melewati lautan,” kata Kiai Zubair.
Benar saja, Bung Karno pulang dan melakukan apa yang disuruh oleh Mbah Kholil. Setelah dibuang airnya, ia memperkirakan saat itu jam dua siang.
Dan ketika tiba di rumah, Bung Karno mendapati orang tuanya sudah meninggal. ?Dan beliau diberitahu juga, kalau orang tuanya meninggal jam dua. Berarti, tepat saat Bung Karno membuang air ke laut itu,? katanya.
Ulama Kharismatik
Syaikhona Muhammad Kholil Bangkalan dikenal sebagai tokoh karismatik dan keramat yang mempunyai peran besar terhadap kehidupan umat manusia. Katib Syuriyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Afifudin Dimyathi menjelaskan hal ini yang terbagi dalam tiga bagian, yaitu dalam bidang agama, pesantren, dan negara.
Pertama, dalam bidang agama, Syaikh Kholil sebagai rujukan ulama Indonesia bahkan dunia serta menjadi penghubung ulama Indonesia dan Haramain. Disebutkan bahwa Syaikh Kholil berhasil melahirkan ulama sekaligus pemimpin besar dengan beragam keahlian.
Dilansir laman NU Online, di antara muridnya ialah Kiai M Hasyim Asy?ari yang terkenal di bidang hadits, Kiai Wahab Chasbullah dalam pergerakan politik dan negara, Kiai Bisri Syansuri di bidang fiqih, dan Kiai Romli di bidang tasawuf.
“Inilah kelebihan Syaikh Kholil dalam keilmuan agama yang didistribusikan kepada para santrinya,” kata Gus Awis, sapaan akrabnya, saat menjadi pemateri dalam seminar nasional bertajuk ?Sejarah Turots Syaikhona Muhammad Kholil Bangkalan?, Senin (07/06/2021).
Gus Awis menyebutkan, Syaikh Kholil sosok yang sangat peduli terhadap penyebaran ilmu keagamaan. Hal ini ditunjukkan dari tulisan Syaikh Kholil di berbagai bidang seperti tauhid, fiqih, nahwu-shorof, tajwid, tafsir, dan akhlak.
Kedua, dalam dunia pesantren. Gus Awis menyatakan jaringan pesantren di Nusantara sebagian besar intisab (ikrar) kepada pesantren Syaikhona Kholil. Tidak hanya itu, berkat Syaikh Kholil hingga kini pesantren mampu bertahan di segala zaman meskipun menghadapi berbagai tantangan.
Gus Awis juga mengungkapkan kontribusi Syaikh Kholil dalam mengembangkan kurikulum pesantren. “Sebelum tahun 1888 masehi kurikulum pesantren tidak ada yang mencolok. Namun, setelah ada karya Syaikh Nawawi, Syaikh Khotib Syambas dan Syaikh Mahfud Termas yang dibawa dan diajarkan Syaikh Kholil ke Indonesia menjadi desain baru pada kurikulum pesantren,” jelasnya.
Dalam merekatkan pesantren dan tasawuf, Syaikh Kholil intisab (ikrar) kepada Syekh Khotib Syambas melalui baiat Tarekat Qadiriyah wa Naqsabandi dan bisa diterima di berbagai pesantren.
“Ini menandakan bahwa tasawuf menjadi amaliah yang bisa diterima,” ujarnya.
Ketiga, peranan Syaikh Kholil dalam kehidupan negara banyak melahirkan santri yang menjadi pejuang bahkan ditetapkan menjadi pahlawan.
“Secara langsung kita tidak bisa melihat perjuangan Syaikh Kholil dalam kemerdekaan tahun 1945 karena ia wafat tahun 1925. Tetapi, kontribusinya dalam perjuangan kemerdekaan sangat jelas dan nampak,” ucap Gus Awis.
Bukti otentiknya adalah tulisan tangan yang terekam dalam berbagai macam manuskrip Hubbul Wathan Minal Iman yang menunjukkan benang merah perjuangan Syaikh Nawawi Al Bantani saat mengecam penjajahan dan kolonialisme Indonesia kemudian dilanjutkan oleh Syaikhona Kholil. (tim)