Surati DPR RI Korban Stadion Kanjuruhan Ingin Ada Monumen Tragedi Mirip Stadion Heysel

Oleh sebab itu Tim Advokasi Tragedi Kanjuruhan (TATAK) menolak solusi pemerintah merenovasi stadion sebelum memberikan keadilan hukum bagi korban yang tewas. Sehingga TATAK menolak renovasi stadion. Yang dibutuhkan pertama untuk menutupi luka korban tragedi Kanjuruhan adalah memberikan kepastian dan perlindungan hukum bagi para korban.

Imam Hidayat Ketua Tim TATAK

Alasan TATAK menolak renovasi dan pembangunan Stadion Kanjuruhan disebabkan pertama, proses untuk mencari keadilan bagi keluarga korban dalam hal ini Laporan Model B Nomor: LP-B/413/XI/2022/SPKT, tertanggal 09 November 2022 yang ditangani oleh Polres Malang di Kepanjen Kabupaten Malang masih dalam tahap penyelidikan.

“Meski kita ketahui sudah berjalan kurang lebih 10 (sepuluh) bulan, hal ini tentu saja menimbulkan tanda tanya besar bagaimana proses penanganan begitu,” sebut Imam dalam surat tersebut.

Alasan kedua Stadion Kanjuruhan adalah Tempat Kejadian Perkara (TKP) Tragedi Kanjuruhan 1 Oktober 2022 yang mana dalam hal ini masih dibutuhkan untuk proses hukum dalam rangka memperjuangkan keadilan bagi keluarga korban.

“Tempat Kejadian Perkara (TKP) adalah tempat dimana suatu tindak pidana dilakukan/terjadi dan tempat-tempat lain, dimana tersangka dan/atau korban dan/atau barang bukti yang berhubungan dengan tindak pidana tersebut dapat ditemukan,” sebut surat tersebut.

TKP bertujuan untuk mencari dan mengumpulkan barang bukti yang akan menjadi titik terang atau petunjuk bagi penyidik dalam mengungkap dan menemukan pelaku pada tindak pidana.

“Apabila renovasi dilaksanakan bisa diduga telah melakukan Tindak Pidana pasal 170 KUHP dan atau pasal 406 KUHP yaitu, Bersama-sama melakukan kekerasan terhadap barang atau pengerusakan, sebagaimana yang dilakukan oleh dua terdakwa pembongkaran fasilitas stadion kanjuruhan dengan vonis masingmasing selama 4 bulan penjara, berita terlampir),” bunyi isi surat.

Bahwa kami keluarga korban meminta agar Stadion Kanjuruhan tempat Tragedi Kanjuruhan dijadikan dan ditetapkan sebagai Monumen Kemanusiaan yang mana akan menjadi pembelajaran bagi anak cucu kita bangsa Indonesia akan adanya tragedi kemanusiaan di bidang keolahragaan yang merupakan tragedi terbesar ke dua di dunia.

“Seperti tragedi Heysel kelam dalam sepakbola Eropa dimana 39 orang meninggal dunia saat final Piala Champions antara Juventus menghadapi Liverpool pada 29 Mei 1985 di Stadion Heysel, Brussels,” bunyi surat mencontohkan.

“Untuk mengenang dan menghormati para korban, Juventus membuat monumen yang terbuat dari batu-batuan yang berasal dari Italia dan Belgia, dimana monument tersebut tertulis sebuah puisi yang berjudul “Funeral Blues” yang dibuat oleh penyair Inggris, W.H. Auden, serta nama-nama orang yang menjadi korban atas tragedi tersebut.”

“Selain itu, pada museum tersebut dihiasi oleh 39 bintang kecil yang menandakan jumlah korban yang tewas dan ada sebuah bintang yang didedikasikan kepada Gaetano Scirea kapten Juventus di pertandingan tersebut,” bunyi surat, dengan diakhiri tertanda pengirim surat Ketua TATAK Imam Hidayat, 1 Agustus 2023, dengan diikuti tanda tangan tangan dari perwakilan keluarga korban Tragedi Kanjuruhan tiga orang. (tim)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Comment moderation is enabled. Your comment may take some time to appear.

%d bloggers like this: