Menguak Dugaan Korban Malpraktik Kematian Artis film Horor Aprilia Nanie Darham

Perkembangan dari kasus artis film horor, Aprilia Nanie Darham yang meninggal dunia diduga karena malpraktik, kini banyak kepentingan dari berbagai pihak khususnya nama baik profesi dokter. Dari kalangan yang berprofesi dokter rata-rata berharap pihak Kepolisian yang menangani kasus ini untuk segera melakukan penyelidikannya, segera melaksanakan investigasi mengungkapkannya, hal tersebut terungkap curhatan para dokter di wal akun sosial media mereka diantara rekan sesamanya seprofesi, menurut mereka rata-rata dalam melaksanakan SOP bisa saja terjadi adanya kelalaian.

Hartono menyampaikan bahwa Aprilia Nanie Darham telah menyanggupi dengan membayar sejumlah uang muka sebesar Rp10 juta rupiah untuk proses operasi sedot lemak.

Awalnya dijadwalkan pada 6 atau 7 November 2023, namun klinik tersebut mengubah jadwalnya menjadi 21 atau 24 Oktober.

Aprilia Nanie Darham dipastikan oleh dokter DM bahwa operasi ini aman untuk dilakukan meskipun ia sedang menyusui.

“Jadi pada saat konsultasi ke dokter Danu, Nani pada saat itu didampingi oleh rekannya yang bernama saksi Erika, Erika dalam penjelasan kepada pihak kepolisian menyatakan bahwa pada saat konsultasi, dokter Danu ini dari The Clinic hanya memperlihatkan tablet mengenai prosedur operasi liposuction atau sedot lemak itu,” ucap dia.

“Dia bilang bahwa operasi sedot lemak itu merupakan operasi yang ringan, biasa, bahkan pasien itu bisa dengan bius lokal itu bisa sambil main HP. Nah, di situ mungkin yang menjadikan satu faktor ketertarikan dari korban Nani untuk melakukan operasi liposaksion ini di The Clinic,” sambung Hartono.

Pada hari operasi, dokter Danu menawarkan operasi tambahan di dua titik dengan tambahan biaya sebesar Rp 100 juta rupiah. Hingga total biaya operasinya yang awalnya Rp 200 juta telah menjadi Rp 300 juta rupiah.

Perubahan tersebut tidak dijelaskan oleh pihak klinik dengan detail teknis maupun risikonya.

Selama operasi yang seharusnya berlangsung 2 jam, tetiba menjadi 5 jam tanpa memberikan informasi lebih lanjut kepada keluarga atau pendampingnya, Erika.

“Nah, pada jam itu Nanie menghubungi suaminya, yang bernama James, dia mengajukan tambahan budget persetujuan tadi kan, karena kan yang dia lapor ke suami kan 200 juta nih, kok tiba-tiba dalam hitungan jam tiba-tiba jadi 300,” beber Hartono.

Pihak kuasa hukum mempertanyakan prosedur mengapa tindakan operasi yang menghabiskan waktu 5 jam itu tidak ada permohonan persetujuan dari keluarga. Singkat cerita, Erika dihubungi oleh The Clinic, ia diberitahu bahwa Nanie dalam kondisi tidak stabil dan perlu segera dirujuk ke Rumah Sakit Dr. Suyoto.

Suami Nanie, James, diberitahu untuk menyusul ke rumah sakit, tetapi, Nanie sudah meninggal dunia sebelum tiba di sana.

Penjelasan The Clinic menurut kuasa hukum keluarga korban

Informasi yang diberikan oleh tim dokter di The Clinic dan di rumah sakit Dr. Suyoto sangat berbeda, meninggalkan banyak pertanyaan terbuka mengenai kondisi sebenarnya yang dialami oleh Nanie selama operasi.

“Jadi kan ini ada dua nih. Satu menyatakan sudah meninggal, satu bilang ini masih hidup (saat operasi). Nah itu nanti ranah kepolisian, sekali lagi, kita sekarang sedang menunggu,” jelas Hartono.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Comment moderation is enabled. Your comment may take some time to appear.

%d bloggers like this: