Asa Melawan Kejahatan dalam Situasi Pandemi Covid-19

Ilustrasi Kejahatan Begal (Merdeka)

Oleh: Dr. Agung Riyardi, SE, MSi.

Akhir-akhir ini banyak terjadi kejahatan. Ada yang berupa kejahatan terhadap nyawa. Contohnya pembunuhan terhadap seorang mahasiswi oleh pacarnya, pembunuhan mahasiswa oleh seniornya, dan pembunuhan ibu dan anak di Subang, Jawa barat. Ada juga kejahatan terhadap fisik manusia seperti dialami oleh polisi di Jakarta yang sedang mengamankan unjuk rasa. Demikian juga terdapat kejahatan terhadap kesusilaan sebagaimana dialami oleh beberapa mahasiswi yang sedang menempuh skripsi dan para santriwati di suatu pondok pesantren.

Bagaimana dengan kejahatan terhadap hak milik/barang? Kejahatan ini cukup menonjol karena terdapat berbagai keunikan di dalamnya. Sebagai contoh kejahatan pencopetan oleh keluarga pencopet di sirkuit Mandalika. Ada juga keunikan berupa kekerasan dan pembunuhan sebagai ikutan dari kejahatan terhadap hak milik/barang. Contohnya adalah yang terjadi di Surakarta. Pembunuhan terhadap security setempat merupakan ikutan dari perampokan brankas senilai ratusan juta.

Penipuan juga menonjol. Yang marak akhir-akhir ini adalah penipuan oleh pinjaman online (pinjol) ilegal. Belum lagi masalah penggelapan dan korupsi yang sepertinya sudah mengakar di tengah birokrasi. Masih banyak kejahatan lainnya seperti kejahatan terhadap kemerdekaan orang, penyalahgunaan narkoba dan gangguan ketertiban umum.

Ibarat Sudah Jatuh Ditimpa Tangga

Sebagian dugaan mengemukakan bahwa banyaknya kejahatan terkait dengan tekanan pandemi Covid-19. Ruangan berekspresi menjadi sempit. Masuk ke ruangan publik harus mengikuti prokes. Akhirnya banyak yang merasa tersekat dan terbatas. Kadang-kadang ada pelonggaran. Namun, setelah itu ada penyekatan dan pembatasan lagi sebab pandemi belum selesai.

Apalagi ini adalah situasi akhir tahun. Bagi sebagian orang, akhir tahun layaknya situasi panen. Kebahagiaan terpancar sebab jerih payah selama berbulan-bulan terbayar tuntas. Tapi bagi sebagian lain tidak ada kebahagiaan. Banyak yang masih harus membanting tulang dan memeras keringat tanpa mengetahui kapan ?panen?. Bahkan tidak sedikit yang pesimis ?panen?.

Akibat dari situasi ini adalah merasa tidak nyaman. Emosi meluap-luap. Semua yang didengar telinga tidak benar. Semua yang dilihat mata salah. Yang terjadi bukan hati panas, kepala dingin. Yang terjadi adalah hati dan kepala panas. Sumbu pendek di depan mata, siap meledak setiap saat.

Parahnya, ada pihak-pihak yang mengambil kesempatan dalam kesempitan. Ada yang memperkeruh suasana: Menyembunyikan berita yang benar; Menyebarkan berita hoaks. Ada juga yang menyalahgunakan situasi pandemik dan akhir tahun untuk kepentingan individu, kelompok dan negara. Jadilah banyak pihak yang seperti api dalam sekam, emosinya mudah membara dan membesar.

Sayangnya, emosi itu dilampiaskan dalam bentuk kejahatan. Yang mendidih karena sakih hati tega menipu dan menyakiti fisik dan nonfisik pihak lain. Yang mendidih karena kekurangan uang dan harta benda tega mengambil yang bukan haknya. Pendek kata, dengan alasan Covid 19 dan akhir tahun, lantas merasa boleh menghalalkan segala kejahatan. Jadilah masyarakat dalam keadaan terpuruk. Di ujung sana masih menghadapi pandemi Covid-19 dan keadaan akhir tahun 2021 yang belum pulih. Di tengah berhadapan dengan emosi yang meluap-luap dan adanya pihak-pihak yang mengambil kesempatan dalam kesempitan. D ujung sini ada kejahatan yang meningkat. Bagaimana harus mensikapi semua itu?

Tidak Perlu Khawatir Berlebihan

Pertama, tidak perlu khawatir berlebihan terhadap kejahatan. Memang terjadi keterpurukan ekonomi karena wabah Covid-19 dan kejahatan meningkat. Namun, keterpurukan ekonomi dan peningkatan kejahatan tidak separah yang pernah dialami beberapa negara Amerika Latin beberapa waktu lampau. Laporan dan beberapa penelitian menyebutkan betapa parahnya keterpurukan ekonomi dan peningkatan kriminalitas di sana pada waktu itu. Apalagi keduanya berkelit kelindan yang semakin memperburuk keadaan. Perekonomian merosot meningkatkan kejahatan. Kejahatan meningkat, menghancurkan perekonomian. Banyak orang-orang merasa tidak aman, tidak memiliki harapan dan berkeinginan eksodus.

Apalagi jika memperhatikan data-data makro Indonesia. Perasaan khawatir berlebihan dapat ditepis jauh-jauh. Berbagai indikator ekonomi memang menunjukan bahwa perekonomian belum dapat menjadi insentif untuk menekan kejahatan. Namun, indikator utama perekonomian sudah menunjukan arah pemulihan ekonomi. Di sisi lain, data kriminalitas menunjukan usaha aparat keamanan untuk menekan kejahatan.

Kedua, selalu berhati-hati dan waspada. Ada ungkapan sebagai berikut: ?Birokrat seharusnya melayani rakyat. Aparat seharusnya melindungi masyarakat. Lingkungan seharusnya bersahabat. Namun, tidak semua berhati malaikat. Ingat, setan memiliki tangan jahat. Berhati-hati adalah tindakan yang tepat. Jangan sampai menyesal setelah lewat?. Ungkapan ini menunjukan arti penting kehati-hatian dan kewaspadaan terhadap kejahatan.

Kenyataannya, saat ini kejahatan bisa terjadi di mana-mana dan menimpa siapa saja. Lingkungan pendidikan tinggi dan agama yang seharusnya menjunjung tinggi moral dan hukum tidak bersih dari kejahatan susila. Sasaran kejahatan terhadap harta benda juga beragam. Yang diincar bukan hanya yang gemerlap seperti sirkuit Mandalika, namun juga pabrik, pengusaha dan rakyat kecil. Berhati-hati dan waspada merupakan langkah tepat mengantisipasi kejahatan.

Ketiga, memiliki spirit melawan kejahatan. Spirit ini bisa saja hanya di hati. Yang penting spirit ini dapat memastikan bahwa kita bukan bagian dari kejahatan, kita tidak suka terhadap kejahatan, dan kita tidak lemah dan tunduk kepada kejahatan.

Perlu dicatat, spirit melawan kejahatan berbeda dengan spirit main hakim sendiri. Spirit melawan kejahatan tetap menjunjung tinggi hukum, sedangkan spirit main hakim sendiri berpotensi mengabaikan hukum. Selain itu spirit, melawan kejahatan tidak memposisikan masyarakat sebagai pihak yang salah, sedangkan spirit main hakim sendiri berpotensi memposisikan masyarakat sebagai pihak yang salah.

Penulis merupakan Dosen Program Studi Ekonomi Pembngunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Surakarta dan PIC Kelas Internasional Rencana Pengembangan Program Studi Ekonomi Pembangunan

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Comment moderation is enabled. Your comment may take some time to appear.

%d bloggers like this: