Abu Janda, Indonesia Membutuhkannya…

Oleh : Al-Ustadz H. Miftahul Chair, S.Hi. MA.

Img 20210201 095514
Al-Ustadz H. Miftahul Chair, S.Hi. MA.

PERMADI ARYA atau yang akrab disapa dengan Abu Janda adalah sosok pegiat media sosial yang telah mengabdikan dirinya untuk bangsa Indonesia ini dalam melawan dan membasmi intoleran dan radikalisme di media sosial.

Ancaman bunuh, pemenggalan kepala, hingga bullyan sudah menjadi sarapan sehari-hari baginya. Ia yang memilih zona tak nyaman dalam kehidupannya, itu yang membuat salut saya dan semua pejuang yang menghendaki Indonesia ini tetap merah putih, tetap Pancasila dan tetap dalam kebhinekaan.

Eksistensi Abu Janda dalam proteksinya untuk bangsa Indonesia tidak kita ragukan. Dia punya khas dalam melawan segala bentuk intoleran dan radikalisme. Tentunya ada upaya melemahkannya. Dia harus tetap ada laksana benteng penyelamat. Dari banyak pernyataannya ia telah banyak membantu bangsa Indonesia ini bangkit, mengajak untuk bersemangat menjaga NKRI hingga menetralisir akun-akun sosial yang melakukan propaganda untuk memecah belah Indonesia.

Apa yang terjadi dalam 2 hal tentang dugaan rasisme terhadap Natalius Pigai adalah hal yang dipaksakan belaka. Kata evolusi tidaklah bermaksud pada teori Darwin, tapi evolusi yang mencakup perubahan. Adapun perubahan itu maknanya luas. Abu Janda sendiri telah menjelaskan bahwa evolusi di sini artinya perubahan pada pemikiran. Ya sebagaimana kita ketahui bahwa Natalius terkadang juga berlebihan dalam status-statusnya di media sosial.

Kemudian masalah penyebutan Islam adalah agama arogan dalam satu statementnya bukanlah merujuk pada ajarannya atau entitas Islam itu sendiri. Tapi sejatinya adalah fokus memfilterisasikan sikap keberagamaan seorang muslim yang intoleran. Karena lanjutan dari pernyataannya adalah ada orang Islam yang mengharamkan kebaya, mengharamkan sedekah laut dll.

Nah, apa yang disebutkan oleh Permadi Arya ini sangat bagus dan alhamdulillah viral pula. Yang ia katakan benar ada pola Islam yang dibawa itu sampai mengharamkan wayang, keris, beduk, marhabanan, maulid, Isra’ Mi’raj dsb. Bahkan mengkafirkan yang tak sepaham dengan mereka yang merasa Islamnya paling benar. Itulah sebabnya ia katakan tidak ramah jadinya.

Di Alquran pun sendiri disebutkan misalnya dalam surat Al-Adiyat ayat 6,

“Sesungguhnya manusia itu ingkar.”

Ayat tersebut mengindikasikan bahwa kata manusia itu disebutkan secara umum tapi dimaknai khusus, artinya tidak semua manusia yang ingkar. Begitu pula ketika disebutkan Islam Arogan bukanlah keseluruhan Islam yang ajarannya rahmatan lil ‘alamin tapi Islam yang telah terpolarisasi di tangan muslim yang tidak menempatkan makna Islam sebagai agama damai sesuai definisi etimologinya. Seperti cara beragama wahabi dan lain lain.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Comment moderation is enabled. Your comment may take some time to appear.

%d bloggers like this: