Virus Radikalisme Dalam Birokrasi

“Akhirnya ya semua terbuka, itu jadi forum terbuka semua boleh bicara, bergantian. Saya juga minta jangan ada rekaman jadi its safe place untuk bercerita,” ungkapnya.

Saking panjangnya, pertemuan yang dilakukan berakhir hingga tengah malam dan membuatnya lelah. Di momen itu lah dia bicara mengurus nilai kebangsaan bawahannya lebih berat dibanding mengurus keuangan negara.

“Energi saya terkuras habis, ngurusin hal ini. Capek. Ini lebih susah daripada ngurusin keuangan negara. Sampai jam 12 itu lebih saya buka conversation sama mereka,” ucap Sri Mulyani.

Masih dalam acara yang sama, Sri Mulyani juga sempat bicara soal perbedaan menjadi Menkeu di era Presiden Susilo Bambang Yudhyono dan Joko Widodo. Situasi politik disebutnya jadi perbedaan, bagaimana ceritanya?

Mantan petinggi Bank Dunia ini memang telah ditunjuk oleh dua presiden yang berbeda untuk memegang amanat jadi bendahara negara. Di tahun 2004 dia ditunjuk mantan presiden ke 6 Susilo Bambang Yudhyono (SBY) dan diangkat lagi oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) di tahun 2016. Di dua zaman ini dia pun mengaku ada perbedaan.

Paling mencolok adalah situasinya, di zaman SBY menurutnya perekonomian Indonesia sedang berjuang setelah dihantam badai krisis di akhir 90-an. Saat itu, dia bercerita punya tugas utama untuk membuat keuangan negara menjadi sehat dan stabil.

“Membangun kebangsaan waktu itu tidak menjadi suatu yang utama. Tugas saya saat itu membangun kredibilitas keuangan negara dan fokus pada capacity, kompetensi, untuk membuat keuangan negara sehat setelah krisis ekonomi 1997-1998,” kata Sri Mulyani.

Pada 2016, Sri Mulyani kembali ke Tanah Air. Ditunjuk kembali jadi Menkeu, dia kembali bergelut dengan keuangan negara. Yang berbeda menurutnya adalah di zaman Jokowi politik makin panas, menjaga netralitas pegawainya pun makin sulit, khususnya jelang pemilu.

“Netralitas pemilu itu yang sulit untuk diejawantahkan. Karena mereka punya preference politiknya masing-masing. Bisa saja saya menginstruksikan kepada pegawai saya, untuk selalu netral. Tapi konkretnya apa,” kata Sri Mulyani. (tim)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Comment moderation is enabled. Your comment may take some time to appear.

%d bloggers like this: