Maestro Pelukis dan Pematung Kayu Fenomenal Amrus Natalsya Meninggal Dunia

Sang Maestro Pelukis dan Pematung Kayu Fenomenal Amrus Natalsya Berpulang Pada Usia 90 Tahun

Pada tahun 1955, patung pertama Amrus yang berjudul ‘Orang Buta yang Terlupakan’ berhasil dibeli oleh Presiden Soekarno saat dipamerkan dalam “LUSTRUM Pertama Asri” di Sono Budoyo, Yogyakarta.

Keberhasilan ini memberikan pengakuan awal atas bakat seni yang dimiliki oleh Amrus. Tidak hanya itu, Presiden Soekarno juga menjadi kolektor karya-karya Amrus lainnya, termasuk karya yang berjudul “Kawan-kawanku”.

Kesuksesan ini membawa Amrus semakin dikenal dan karya-karyanya sering dipamerkan dalam berbagai pameran seni, baik di dalam maupun di luar negeri.

Pernah pada suatu pameran karya cukil kayu dibuat oleh Amrus Natalsya menggugah setiap pengunjung melihat karyanya yang dipamerkan di Galeri Utan Kayu ketika itu du dominasi penuh sosok proletar indah melihatnya.

Pameran fenomenal. Ketika karya Amrus Natalsya dipamerjan pada perhelatan mahasiswa Akademi Seni Rupa di Museum Sonobudoyo, Keraton Yogyakarta, pada 1955, ketika itu Presiden Soekarno membeli patung kayunya, patung kayu yang diberi judul, “Seorang Buta yang Terlupakan”.

Pada tahun yang sama, karya patungnya yang lain, “Tangisan Tak Terdengar”, patung ini dipamerkan dalam Konferensi Asia-Afrika di Bandung, banyak yang memuji terutama para kritikus seni dari Amerika Serikat, Claire Holt.

“Betapa luar biasa sang seniman yang menampilkan penderitaan dan perjuangan jiwa pada pameran ini. Amrus adalah pematung muda paling orisinal dengan karya-karya berkualitas yang jarang Anda lihat pada seniman Indonesia lainnya.”

Pada tahun 1957, ia menggelar pameran tunggal pertamanya di  Jakarta.

Dalam pameran itu ia mempersembahkan pahatan kayu setinggi empat meter. Pada tahun 1959, dia bersama Batara Lubis, dan kartunis A. Sibarani, mewakili Indonesia pada Pekan Pemuda Internasional di Wina. Dalam perjalanan pulang menuju Indonesia, mereka mengunjungi Uni Soviet dan Cina.

Tahun berikutnya dia pergi ke Jeddah, Arab Saudi atas undangan walikota untuk membuat panel kayu dengan kaligrafi. Disaat yang sama ia melakukan ibadah haji.

Pada tahun 1960, pada pameran mahasiswa di Jakarta, ia memamerkan lukisan di atas kanvas. Lagi-lagi ia menarik perhatian Soekarno yang kemudian membeli lukisannya yang berjudul “Teman-temanku”.

Pada tahun 1961, bersama mahasiswa lain (Misbach Tamrin, Kuslan Budiman, Adrianus Gumelar, dan lain-lain) ia mendirikan bengkel seni “Bumi Tarung” di Jakarta.

Pada saat yang sama ia mengikuti kegiatan  Lembaga Kebudayaan Rakyat (Lekra) yang berada di bawah naungan Partai Komunis Indonesia.

Setelah peristiwa 30 September 1965, Amrus ditangkap dan ditahan tanpa pengadilan. Patung-patung karyanya dibakar saat pergantian pemerintahan Orde Lama.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Comment moderation is enabled. Your comment may take some time to appear.

%d bloggers like this: