Institut Sarinah: Perempuan dan Desa Sumber Cerita Asli Indonesia

img 20210423 083736

EDITOR.ID, Nganjuk, – Untuk memperingati Hari Kartini, Institute Sarinah bekerjasama dengan Penerbit Padmedia dan TV Desa menyelenggarakan diskusi bertema Perempuan, Sastra dan Desa, pada Hari Rabu (21/4/2021) pagi.

Diskusi sastra dikemas dalam bentuk bedah buku antologi cerpen ANOMALI terbitan Padmedia yang ditulis oleh 15 perempuan dan 2 laki-laki.

img 20210423 082407
Diskusi bertema Perempuan, Sastra dan Desa dilakukan secara Daring

Sebagai pembedah ANOMALI adalah sastrawan Bonarie dari Trenggalek, penerima penghargaan Sutasoma. Ada 5 cerpen dipilih untuk dibedah karena tentang desa yaitu Sampur (Rie Blora), Celung (AdeKaArt), Takdir Kacong (Dian KD), Tulah Asmara (Eva Sundari) dan Bumi Gu (Winda Listyani). Bertindak sebagai moderator adalah Made Andjani yang juga dosen dari Semarang.

Cak Bonarie menyambut baik atas terbitnya antologi di masa pandemi yang dinilai berbobot mengingat para penulis sebagian besar adalah pemula. Sebagai sastrawan yang pernah menyelenggarakan Festival Sastra Jawa dan Desa tahun 2009, literasi soal desa terutama dalam bentuk fiksi perlu digalakkan.

?Desa adalah gudang cerita yang sayangnya kurang ada insentif agar dieksplorasi untuk dijadikan tulisan-tulisan,? kata Bonarie.

Dia mengkritik penggunaan diksi di dalam cerpen yang bias kota (Celung) atau kurangnya pengantar ke tokoh utama di cerpen misalnya di cerpen Tulah Asmara.

Wina Bojonegoro sebagai kepala sekolah menulis OL, menyatakan bahwa semua naskah dikurasi beberapa kali sehingga layak dilempar ke pasar karena kualitas yang terjaga.

?Para penulis perempuan ini amat tangguh, mau dibongkar, dikritik, mendengar masukan sehingga penulisan melewati tenggat waktu,? Wina menjelaskan.

Tema ANOMALI yang diminta Padmedia cukup efektif melecut para perempuan penulis untuk kreatif dalam mencarI gagasan, melakukan riset lapangan maupun dari pustaka elektronik. Sehingga, ANOMALI menjadi istimewa karena keberagaman topik, sudut pandang maupun cara penulisan.

Rie Blora, pekerja migran di Hongkong dan penulis cerpen Sampur menyatakan, ?Menulis itu membebaskan, karena dalam sastra tidak mengenal kasta, maka perempuan harusnya ramai-ramai menulis cerita.?

Sementata menurut Eva Sundari penulis ?Tulah Asmara?, Perempuan pemegang kunci cerita-cerita asli desa-desa di Indonesia sehingga keaktifan perempuan untuk menulis akan menyelamatkan kekayaan sastra kita.

Eva Sundari, yang juga Direktur Institut Sarinah berterimakasih kepada Pelindo 3 yang telah mendukung acara webinar dalam rangka Hari Kartini tersebut.

?Memajukan literasi Indonesia harus didukung semua pihak karena literasi kunci kemajuan bangsa,? kata Eva Sundari. (Tim)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Comment moderation is enabled. Your comment may take some time to appear.

%d bloggers like this: