Dibayar Rp150 Juta untuk Bunuh Petinggi Pemerintahan, Identitas Dalangnya Sudah Dikantongi polisi

“Yang pasti, targetnya pejabat negara, bukan presiden. Tapi bukan kapasitas saya menyampaikan itu. Nanti ketika proses pendalaman sudah mengerucut akan disampaikan detailnya,” ujar Iqbal.

Menurut Iqbal, para pelaku sudah merencanakan aksinya sejak Oktober 2018.

Namun rencana mereka terendus kepolisian. Polisi pun menangkap mereka di sejumlah tempat berbeda. Koordinator operasi HK ditangkap di Hotel Megaria Cikini.

Kemudian tersangka lainnya ada yang ditangkap di terminal 1C Bandara Soekarno Hatta, kantor security Kebon Jeruk, dan di daerah Swasembada, Koja, Jakarta Utara.

“Identitas pelaku ada yang dari Cibinong Bogor, Daerah Rajawali Pancoran, dan Koja Jakarta Utara,” lanjut Iqbal.

Dalam aksinya, kata Iqbal pelaku-pelaku ini mendapatkan sejumlah uang. Misalnya tersangka HK yang memimpin kelompok tersebut menerima Rp 150 Juta. “Ada yang juga terima Rp 5 Juta, Rp 55 Juta, dan Rp 26 Juta,” kata Iqbal.

Iqbal mengakui meski sudah mengetahui nama 2 tokoh nasional yang menjadi sasaran penembakan, namun pihak kepolisian tidak membeberkannya ke publik. “Artinya jika ini tidak kita antisipasi dan cegah maka tentu sangat berbahaya. Karena memang mereka ini adalah pihak ketiga yang menyusup dalam massa aksi kemarin,” tukas Iqbal.

Menurut dia, keenam tersangka itu berbeda dengan 2 kelompok yang sebelumnya ditangkap pihak keamanan, yaitu kelompok Gerakan Reformis Islam (Garis) yang terafiliasi ISIS dan kelompok pemilik senjata api yang ingin menembak massa untuk dijadikan martir.

Kelompok pelaku yang berencana membunuh 4 tokoh nasional terungkap ketika salah satu tersangka ditangkap di Hotel Megaria, Cikini, Jakarta Pusat, pada Selasa (21/5/2019) pukul 11.30 WIB. Petugas menemukan barang bukti senjata api dan kemudian melakukan penelusuran guna meringkus tersangka lainnya.

Kronologis

Jenderal polisi bintang dua ini membeberkan kronologi rencana pembunuhan itu. Iqbal menyebut pemufakatan jahat ini sudah direncanakan sejak Oktober 2018.

“Pada 1 Oktober 2018, tersangka HK menerima perintah dari seseorang, pihak kami sudah mengantongi identitasnya, untuk membeli dua pucuk senjata api laras pendek,” kata Iqbal.

Kemudian pada 13 Oktober 2018, HK membeli satu pucuk senjata api revolver cal 38 dari tersangka AF dengan harga Rp50 juta. Lalu pada 5 Maret 2019, HK kembali membeli satu pucuk senpi Mayer cal 22 seharga Rp5,5 juta dari tersangka AD, dan dua pucuk senpi rakitan laras panjang cal 22 seharga Rp15 juta dan senjat api laras pendek cal 22 seharga Rp6 juta. Senjata-senjata itu lalu diserahkan kepada TJ.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Comment moderation is enabled. Your comment may take some time to appear.

%d bloggers like this: