Sumur Jobong, Jejak Peradaban Majapahit dan Keberadaan Surabaya 748 Tahun Silam

Dalam penutup sumur itu pun ditulisi bahwa Sumur Jobong ini terbuat dari bahan terakota. Sebuah bahan yang begitu lekat dengan kejayaan Majapahit di masa silam. Sumur Jobong seperti ini banyak terdapat pada situs-situs permukiman pada masa Hindu Budha, khususnya di kawasan Trowulan yang merupakan Ibu Kota Kerajaan Majapahit.

Di kampung tempat ditemukannya sumur Jobong ini pasti ada sebuah cerita yang terkait dengan masa lampau atau bahkan sebelum kolonial datang.

Sumur Jobong Mirip Sumur Di Era Pemerintahan Majapahit Berupa Bis Terakota

Tim Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jatim di Trowulan beberapa waktu lalu melakukan tinjauan langsung ke Sumur Jobong di Pandean. Saat melakukan peninjauan langsung dilokasi temuan yaitu mengukur sumur tua, mengidentifikaksi temuan frangmen yang ada di dalam sumur serta mengambil foto.

Dari pengamatan awal, peneliti sepakat bahwa sumur tua yang ditemukan warga itu mirip dengan jobong atau sumur di era Kerajaan Majapahit. Ada temuan berupa jobong bertumpuk dua. Jobong itu berupa bis terakota yang terbuat dari tanah liat seperti yang banyak ditemukan ditemukan di situs Trowulan, Mojokerto.

“Hasil temuan ini merupakan masuk dalam cagar budaya, itu yang kami lihat dari Sumur Jobong di Pandean,” kata Ikhwan, Pengkaji Pelestarian Cagar Budaya dari BPCB Jatim.

Dia menjelaskan, jobong bertumpuk yang ditemukan juga memiliki ukuran yang berbeda. Untuk jobong atas diameternya 83 cm, ketebalan 2,5 cm, tinggi 48 cm. Selanjutnya yang ada di bawah itu lebih kecil, diameter 69 cm, ketebalan 3 cm dan tinggi 49 cm.

“Jadi Jobong ini hampir sama dengan temuan seperti yang ada di Trowulan, ukurannya juga sama,” jelas dia.

Kedalaman sumur tua ini diperkirakan mencapai 2 meter. Sebuah batu bata raksasa yang ditemukan di dalam jobong juga dipastikan sama dengan yang kerap ditemukan di Trowulan. Material yang dipakai juga sama dengan ciri khas batu bata di Mojokerto.

“Temuan ini merupakan batu-batu kuno yang ukurannya hampir sama dengan di era Majapahit di Trowulan,” kata dia.

Selain batu bata, di dalam sumur juga ditemukan tulang-belulang dan pecahan tembikar. Pihaknya belum bisa menyimpulkan usia dan data lainnya tentang temuan itu. Namun, Sumur Jobong ini membuka tabir baru tentang sejarah panjang kerajaan Majapahit.

Selain berfungsi sebagai kebutuhan rumah tangga sehari-hari, juga digunakan untuk ritual keagamaan dan pertanian dalam skala kecil, misalnya untuk menyirami tanaman ketika kemarau.

Sejarah Peradaban Manusia di Glagah Arum yang Kini Jadi Kota Surabaya

Dalam buku “Er Werd Eenstad Geboren”, karya GH Von Faber (1953), ada beberapa lembar halaman yang mengulas keberadaan sebuah kota yang berada di pinggir bengawan.

Dalam tulisan itu memang tidak disebutkan bahwa tempat peradaban itu adalah Hujung Galuh. Von Faber menyebut bahwa kota ini adalah Surabaya. Kota ini dibangun oleh Raja Kertanegara pada 1275 sebagai tempat yang layak bagi orang-orang yang telah berjasa dalam menumpas pemberontakan kemuruhan pada 1270.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Comment moderation is enabled. Your comment may take some time to appear.

%d bloggers like this: