Petani Bandung Tembus Singapura Ditengah Pandemi

Petani Milenial Asal Cibodas Tembus Pasar Singapura Lewat Baby Buncis Baby buncis yang diekspor ke Singapura. (Dok. Kelompok tani Macakal)

EDITOR.ID, Lembang, Bandung,- Di tengah dampak pandemi Covid-19 dan saat dimana orang kesulitan mendapatkan penghasilan karena tidak bekerja atau hanya di rumah saja, sekelompok petani di Desa Cibodas, Lembang Bandung Barat, Jawa Barat, diam-diam tanpa publikasi justru mengekspor hasil sayuran mereka ke Singapura.

Sayuran yang diekspor ke Singapura ditanam oleh kelompok tani Macakal, di Kawasan Lembang ini berupa Baby Buncis atau French Bean.

Uniknya dari kelompok tani Macakal ini mereka rata-rata anak muda dibawah usia 40 tahun atau generasi Milenial. Tapi yang menakjubkan, mereka rela berpanas-panasan menjadi petani agar profesi ini makin dilirik orang.

Anak muda indentik dengan kekinian dan kemajuan. Maka tanaman yang ditanam pun bukan tanaman konvensional tapi tanaman yang bibitnya didatangkan dari Perancis. Jadi bibit sayuran yang ditanam kelompok petani Milenial Cibodas Bandung ini sengaja didatangkan dari Perancis secara impor.

Kelompok tani ini sudah berjalan delapan tahun dan sudah menanam puluhan jenis sayur. Tapi belakangan, fokus perhatian Kelompok Tani Macakal adalah ke tanaman baby buncis.

Baby buncis ini dikembangkan oleh petani dengan mengembangkan pengelolaan hortikultura berbasis diferensiasi advantage, berbeda dengan pola menanam tanaman konvensional seperti cabai, tomat, atau sayuran lokal lainnya.

Inovasi dan terobosan menanam sayuran inilah yang kemudian mampu meyakinkan pasar, sehingga produk ini bisa diekspor ke Singapura.

Kebetulan Baby Buncis adalah jenis sayur yang tengah menjadi buruan banyak kalangan. Tak cuma di dalam negeri saja, tapi juga sampai luar negeri. Lonjakan permintaan sayur hijau itu tentu membawa berkah tersendiri bagi para petani baby buncis.

Kelompok Macakal punya anggota 40 petani dan 210 mitra. Total luas lahan yang Kelompok Tani Macakal mencapai 22 hektare.

Triana Antri, Ketua Kelompok Tani Macakal, mengatakan, untuk saat ini fokus perhatian Macakal yang berarti mandiri memang tanaman baby buncis. Apalagi, kelompok tani ini sudah menerapkan pola tanam yang berbeda terhadap baby buncis ketimbang produk sayur lainnya, seperti cabai, tomat, dan jenis sayur lokal lainnya.

Baby buncis ini juga telah tersedia di sejumlah supermarket modern di Jakarta dan Bandung, dengan harga jual Rp 18.000 per kilogram. Sebanyak 1,2 ton baby buncis dihasilkan 140 orang petani dari lahan seluas 22 hektare (Ha) dalam sepekan rutin diekspor ke Singapura.

Berkat kegigihan mereka, saat ini, Kelompok Tani Macakal bisa meraup omzet antara Rp 200 sampai Rp 300 juta per bulannya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Comment moderation is enabled. Your comment may take some time to appear.

%d bloggers like this: