Novel dan Taliban di KPK, Siapa Bermain?

Sejak awal Firli ditolak bahkan digemborkan hartanya yang senilai 18 miliar rupiah. Padahal Firli Bahuri sejak awal sudah menjelaskan bahwa itu harta dari penghasilan istrinya yang pengusaha kesehatan dan ia bisa membuktikan lewat pembayaran pajak selama bertahun-tahun.

Firli juga diisukan pernah bertemu TGB, dan dia menjelaskan bahwa TGB lah yang bertemu dengannya saat main tenis. Itupun sudah ia laporkan ke Ketua KPK.

“Heboh memang penolakan Firli untuk masuk ke dalam KPK. Dan kita tahu siapa yang paling panik jika Firli ada di dalam. Ya, siapa lagi kalau bukan Novel Baswedan yang selama ini hidup nyaman di dalam mengendalikan lembaga yang superbody itu,” sebut Denny dalam artikelnya.

Dan sekarang Firli sudah sah menjadi Ketua KPK. Ia akan mulai membenahi sistem di dalam sehingga kelompok eksklusif itu akan berhamburan keluar takut borok-boroknya selama ini terbongkar.

Isu radikal dan polisi Taliban ini menghantam Novel Baswedan, selaku penyidik senior KPK.

Terkait stigma ‘polisi taliban’ yang disematkan kepada dirinya dan institusinya, Novel mengaku siap angkat kaki dari KPK jika tuduhan itu benar.

“Saya tantang bahwa itu isu yang tidak benar. Seandainya benar, saya siap mengundurkan diri sekarang juga,” kata Novel dalam sebuah video yang diunggah Poros Benhil Chanel di YouTube, Selasa, 17 September 2019.

Novel menilai tuduhan itu sengaja diembuskan pihak yang ingin membungkam kerja-kerja pemberantasan korupsi. Novel menegaskan pihaknya tetap fokus bekerja lebih keras walau diterpa isu miring.

“Kita di sini karena punya nasionalisme yang kuat, kita punya jiwa-jiwa patriotik yang besar. Kenapa? Kalau tidak punya nasionalisme kuat yang ingin Indonesia maju, ingin bangsa kita kuat, tentu tidak ada yang mau di KPK dengan risiko yang banyak, direcoki, dikerjain orang, tidak mungkin (mau),” beber dia.

Kerabat Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan ini juga membantah pengajian dan dakwah di KPK disusupi paham radikal atau terlarang lainnya. Bagi dia, internal KPK tidak akan mungkin menerima paham terlarang tersebut.

“Karena di KPK, orangnya terdidik, cerdas. Kami bukan orang awam. Kami punya pengetahuan yang cukup. Seandainya ada yang bicara paham tidak benar, pasti diprotes,” terang dia.

Ketika ditanya lebih lanjut soal dirinya masuk dalam kelompok radikal, ia malah kebingungan mengapa ia dilabeli radikal dan ada yang menyebut bahwa dirinya mengikuti aliran Islam yang radikal.

“Kaitannya apa disebut (saya ini) masuk (polisi) Taliban? Kaitannya apa disebut dengan radikal? Justru seseorang yang disebut memiliki jenggot seperti saya kadang kala menggunakan celana yang sedikit sesuai dengan sunah Rasul, terus dipermasalahkan, menurut saya yang bersangkutan kurang pengetahuan,” kata Novel yang ditemui di Gedung KPK pada Kamis (20/6).

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Comment moderation is enabled. Your comment may take some time to appear.

%d bloggers like this: