Novel dan Taliban di KPK, Siapa Bermain?

Menurut Denny, istilah Taliban mengacu pada kelompok yang ideologis dengan aksesoris yang agamis. Kelompok Taliban dikabarkan sangat menguasai sistem internal KPK. Pemilihan baru calon pimpinan KPK membuat kelompok Taliban di dalam KPK, masih menurut Denny, menjadi resah.

“Ketika pansel sudah mulai memilih nama calon pimpinan KPK, kelompok ini kepanasan. Mereka lalu melakukan gerakan untuk mengkriminalisasi pansel KPK yang sedang bekerja.” ujar Denny, pada akun YouTube Cokro TV yang dipublikasikan pada Kamis (29/8).

Apalagi Irjen Polisi Firli Bahuri terpilih sebagai Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) periode 2019-2023.

Konon Firli Bahuri termasuk sosok yang berseberangan dengan “orang dalam” KPK yang selama ini sangat menguasai pergerakan lembaga anti rasuah. Firli pernah menjabat sebagai Direktur Penindakan KPK. Namun ia sering berbeda pandangan dengan orang-orang KPK yang selama ini sering bertindak dominan dan “menguasai” pegawai KPK.

Kelompok yang disebut Denny sebagai kelompok Taliban ini dikabarkan begitu kuat membangun sistem. Sehingga siapa pun Ketua KPK-nya tidak akan bisa berkutik.

Ada apa?

Menurut pandangan Denny Siregar ini berkaitan dengan tugas khusus yang diemban Firli Bahuri untuk membersihkan kelompok Taliban yang bersarang di dalam tubuh KPK itu.

Dan KPK jelas senjata yang berbahaya jika dikuasai kelompok yang punya pandangan berpolitik.

Apalagi KPK adalah lembaga superbody yang tidak punya pengawas sesuai UU yang diterbitkan. Bisa dibilang KPK adalah negara tersendiri di dalam negara Republik Indonesia.

Kenapa KPK begitu kuat membangun sistem di dalamnya?

Peran terbesar ada di tangan Novel Baswedan. Novel bisa dibilang sangat memahami struktur penyidikan dan penyelidikan dalam sebuah kasus karena dulu dia pernah di Bareskrim Polri. Sedangkan banyak pegawai independen maupun komisioner yang belum berpengalaman dalam membedah sebuah kasus korupsi.

Menurut Denny, kehadiran Firli Bahri diharapkan akan mulai membenahi sistem di dalam sehingga kelompok eksklusif itu akan berhamburan keluar takut borok-boroknya selama ini terbongkar.

Pola yang dilakukan Novel dan kawan-kawannya adalah dengan membangun opini melalui media. Dan opini yang paling mudah terbentuk adalah dengan operasi tangkap tangan atau OTT. Dengan seringnya melakukan OTT ini, KPK tercitra sebagai pahlawan yang tidak bisa disentuh. “Menyentuh” mereka berarti pro koruptor.

Mengerikan.

Dalam artikelnya Denny Siregar menyebut Firli Bahuri yang pernah di Diskremsus ini jelas musuh berat Novel Baswedan secara keilmuan. Dan hanya polisi yang bisa mengenal polisi.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Comment moderation is enabled. Your comment may take some time to appear.

%d bloggers like this: