Kisah Pilu Mahasiswi Berjuang Cari Biaya Kuliah di Kampus Negara Hingga Akhir Hayat

Ganta menuliskan, rekannya itu berasal dari sebuah desa di Purbalingga, Jawa Tengah dan bukan dari kalangan berada. Orangtua R hanyalah penjual sayur gerobak di pinggir jalan yang juga harus menghidupi empat anak lainnya yang masih bersekolah.

Dikarenakan ponsel milik tetangganya yang kurang canggih, R gagal mengunggah berkas-berkas yang diminta. R pun mensinyalir inilah alasan mengapa nominal UKT-nya melonjak hingga Rp3,4 juta.

“(UKT di UNY) itu ada tingkatan level (golongan), Rp3,4 juta itu salah satu tingkatan level. Tapi itu bukan terendah, level terendah kalau nggak salah Rp500 ribuan,” kata Ganta menambahkan saat dihubungi, Kamis (12/1).

Kembali ke utas, berkat bantuan guru-gurunya di sekolah dulu maka UKT semester pertama terbayarkan dan R bisa menjadi mahasiswa UNY.

“Selama menjadi mahasiswa, ia dikenal sebagai orang yang ceria. Sangat ceria malah menurutku. Sayang keceriannya mulai luntur tiap mendekati pembayaran UKT, seperti sekarang ini. Ancaman putus kuliah, seolah meremas-remas hatinya. Menyergap semua mimpi indah yang ia bangun,” tulis Ganta.

R mencoba segala cara demi bisa membayar UKT semester II, termasuk dengan cara bekerja paruh waktu. Dia juga bolak-balik ke Rektorat UNY guna mengajukan keberatan terhadap nominal UKT. Tapi, menurut Ganta, rekannya itu malah ‘diping-pong’ ke sana kemari.

Padahal, kata Ganta, dia juga baru mengetahui R selalu jalan kaki pulang pergi dari rumah indekosnya daerah Pogung sampai kampusnya di Jalan Colombo. Jaraknya sekitar 2,3 kilometer berdasarkan Google Map.

“Riska memang selalu jalan kaki ke mana saja. Mahfum, ia ga memiliki cukup uang untuk memesan driver online,” tulis Ganta.

R bahkan disebut sangat senang ketika mendapat abon untuk lauk makannya atau pun mie instan. Peralatan mandi juga merupakan pemberian teman-teman yang bersimpati kepada R.

“R pernah bilang, bila akhirnya dia tidak bisa melanjutkan kuliahnya. Ia ingin kerja agar dapat menguliahkan adiknya. Dia ingin mewujudkan mimpi adiknya.

Kata itu terucap saat lagi-lagi masa pembayaran UKT mendekati deadline. Ia nyaris kehilangan asa, karena tak bisa membayar UKT,” tulis Ganta.

Ganta mengaku sempat menghubungkan R dengan pihak birokrat kampus untuk pengajuan penurunan UKT. Saat itu pengajuan diterima dan nominalnya berkurang Rp600 ribu. Ganta mencantumkan tangkapan layar percakapan WhatsApp-nya dengan R yang pesimis bisa membayar UKT semester II. Detik-detik akhir bantuan datang dari patungan rekan-rekan, Dosen Pembimbing Akademik (DPA) hingga Kepala Jurusan R.

Karena belum cukup, R dan orang tuanya mencari sisanya dengan berutang di saat ekonomi keluarga kian sulit akibat badai pandemi Covid-19. UKT semester itu pun terlunasi.
Setelahnya, Ganta mengaku tak mendengar kabar R lagi. Ada dua informasi yang ia terima, pertama R menyerah dan dia lebih percaya kabar kedua yang menyebutkan rekannya itu cuti kuliah untuk bekerja.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Comment moderation is enabled. Your comment may take some time to appear.

%d bloggers like this: