Indonesia Menjadi Negara Dengan Keadaan Darurat Kekerasan Seksual Pada Anak.

Enggannya korban kekerasan seksual untuk terbuka menjadi salah satu penyebab kasus kekerasan seksual, yang tidak terlapor lebih banyak dibanding dengan kasus terlapor.

Semarang,EDITOR.ID,–Dosen psikologi Universitas Semarang (USM) Retno Ristiasih Utami, S.Psi, Msi Psikologi mengungkapkan, Indonesia menjadi salah satu negara dengan keadaan darurat kekerasan seksual terutama pada anak.

“;Salah satu penyebab korban kekerasan seksual tidak mau melapor karena korban malu kasusnya diketahui banyak orang dan viral,” ungkap Anggota Satuan Tugas Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual (Satgas PPKS) Bidang Pendampingan dan Pemulihan jipada Talkshow Kuliah Keadilan dan Kesetaraan Gender (Kudengar) Radio USM Jaya FM baru-baru ini.

Menurut data Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Indonesia darurat kekerasan seksual terutama pada anak dimana mengalami pelonjakan. Terbukti dari tahun 2021 sebanyak 4.000 kasus yang telah dilaporkan dan pada tahun 2022 meningkat sebanyak 9.588 kasus yang terlapor.

“Saya pikir dalam lingkungan umum maupun pelajar, kasus kekerasan seksual lebih banyak yang terlapor dibandingan dengan yang tidak,” ungkapnya.

Menurutnya, enggannya korban kekerasan seksual untuk terbuka menjadi salah satu penyebab kasus kekerasan seksual, yang tidak terlapor lebih banyak dibanding dengan kasus terlapor.

“Hal ini mengingat kasus tersebut merupakan kasus sensitif dimana korban memiliki persepsi apabila terjadi kebocoran informasi saat melakukan konseling atas kasus yang dialami,” tuturnya.

Lakukan Konseling Melalui Satgas PPKS

Dia mengatakan, dengan terbuka dan melakukan konseling melalui Satgas PPKS akan membantu menemukan solusi, terhadap kasus yang dialami dibanding dengan menyimpan sehingga menimbulkan luka lebih mendalam yang dapat berdampak pada kesehatan psikologis.

”Pernah ada yang melapor dan dia mengungkapkan takut jika melapor informasinya akan bocor dan viral. Memang kasus kekerasan seksual merupakan kasus sensitif dimana korban malu, namun dengan terbuka melakukan konseling ke Satgas PPKS, kami akan membantu menemukan solusi dibanding jika diam saja luka yang dirasa semakin dalam dan berdampak pada psikologisnya,” jelasnya.

Tak hanya perempuan yang mengalami kekerasan seksual, katanya, laki-laki juga banyak yang menjadi korban kekerasan seksual. Beberapa cara yang dilakukan untuk meminimalisasi terjadi dan semakin banyaknya kasus kekerasan seksual di antaranya mengetahui kesehatan reproduksi, pendidikan seksual sejak dini, menghargai dan menjaga diri.

Dalam talkshow yang dipandu penyiar Radio USM Jaya FM Elsa Safira dan Pandu Chan itu, Riris mengatakan, hal yang perlu dilakukan oleh pihak konseling terhadap korban adalah tidak menghakimi dan merangkul agar korban tidak merasa sendiri. Dirinya meminta khususnya bagi mahasiswa lingkungan USM untuk menjaga diri serta ikut membantu dan melaporkan apabila adanya korban kasus kekerasan seksual.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Comment moderation is enabled. Your comment may take some time to appear.

%d bloggers like this: