Imam Besar Al Azhar: Tak Masuk Akal Larang Non Muslim Makan Selama Ramadhan

EDITOR.ID, Jakarta,- Ulama berpengaruh yang juga Imam Besar Al-Azhar Sheikh Ahmed al-Tayyeb menegaskan bahwa tak masuk akal melarang non-Muslim makan di bulan Ramadhan. Hal itu adalah aturan yang absurd.

Menurut Syeikh, ibadah puasa adalah ujian dari Allah bagi umat muslim agar memiliki kemampuan mengendalikan diri, jauh dari kedzoliman, menjaga kesabaran dan menghormati orang lain.

?Membatasi non-Muslim dalam makan dan minum di siang hari di bulan Ramadhan dengan dalih puasa adalah absurditas yang tidak sesuai dan tidak berhubungan kepada Islam,? kata Tayyeb yang dikutip dari Egypt Independent sebagaimana dilansir dari Republika, Kamis (21/4/2022).

Lebih jauh Imam Sheikh Ahmed al-Tayyeb menjelaskan bahwa selama ini sheikhdom menghargai hubungan antara Mesir, Muslim dan Kristen yang berasal dari pemahaman yang benar tentang agama.

Tayyeb menekankan seorang Muslim harus bisa menahan diri melihat rekan Kristennya di tempat kerja makan atau minum atau melihat umat Kristen di restoran di siang hari Ramadhan.

Jika mereka tidak tahan, bagaimana mereka bisa tahan melihat anak-anaknya sendiri makan di siang hari di bulan Ramadhan.

?Atau apakah dia membatasi anak-anaknya dan melarang mereka makan dan minum?? kata Imam Tayyeb dalam pernyataannya.

Hal ini juga berlaku seperti mengucapkan selamat hari raya pada umat non-Muslim. Menurutnya, Muslim dibolehkan memberikan ucapan selamat hari raya kepada umat non Muslim.

?Mengucapkan selamat kepada umat Kristen pada hari raya bukan karena sopan santun atau formalitas, melainkan berasal dari pemahaman kita tentang ajaran agama kita yang sebenarnya. Hubungan antara Muslim dan Kristen adalah perwujudan sejati persatuan dan persaudaraan, dan persaudaraan ini akan selalu tetap ada. Ikatan kuat yang memperkuat negara melawan kesulitan dan tantangan,? jelasnya.

Tayyeb mengatakan Al-Azhar melihat sama sekali tidak ada yang salah dengan membangun gereja karena tidak ada dalam Quran atau Sunnah Nabi yang melarang hal ini. Oleh karena itu Al-Azhar tidak dapat ikut campur untuk mencegah pembangunan gereja.

Syekh Al-Azhar menggambarkan pelecehan yang terjadi di beberapa desa dan dusun ketika membangun gereja mana pun sebagai warisan adat dan tradisi yang diwariskan orang, dan itu tidak berasal dari Islam. (tim)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Comment moderation is enabled. Your comment may take some time to appear.

%d bloggers like this: